Saya jujur menggilai genre fantasi. Jika saja Indonesia memiliki massa genre fantasi yang bagus, cita-cita saya barangkali jadi novelis bergenre fantasi. Pertama kali saya mencintai genre ini dari videogame, terutama Final Fantasy Tactic (yang merupakan sub-seri Final Fantasy).
Mendalami fantasi kisah-kisah kebanyakan selalu menceritakan seorang yang terpilih ataupun istimewa. Pahlawan (Hero), Bangsawan, Petarung tangguh, Anak yang terkutuk, Dragonborn, Esper, dan lain sebagainya, yang tak lain mengisayaratkan bahwa genre fantasi mengharuskan tokoh utamanya menjadi sosok spesial di dalamnya. Parahnya lagi, fantasi juga menjadi sarana self-insert yang cukup parah, tokoh-tokoh semacam Mary Sue menghantui cerita fantasi kini karena genre fantasi sendiri dianggap sebagai cerita yang ideal sebagai medium eskapis.
Saya kemudian jadi berpikir kembali apa yang membuat saya tergila-gila dengan dunia fantasi? Manusia-manusia yang menggunakan pedang dan baju zirah, melawan naga dan mahluk fantasi sejenisnya, dalam dunia yang indah nan kreatif. Tapi, dewasa ini, terutama pengalaman saya mendalami sejarah, pengamatan sehari-hari dan tentunya, bermain game mengingatkan saya bahwa ada kisah-kisah yang asing dalam genre fantasi: Cerita orang biasa.
The Unsung Hero menceritakan tokoh pahlawan tanpa jasa. Dia tidak diingat, tidak dinyanyikan, dan lenyap di makan jaman. Demikian, kontribusi dan ketulusan mereka dalam melakukan sesuatu tidak perlu dipertanyakan, mereka adalah sebenar-benarnya pahlawan. Di sini pahlawan yang saya maksud bisa apa saja, penjaga gerbang, kurir, penjaga bar, dan lain sebagainya. Kehidupan dan pekerjaan mereka, sebiasa-biasanya, adalah menghidupi dunia fantasi dengan segala ancaman di dalamnya, tak lain ancaman yang sama dialami para manusia luar biasa yang sering kita baca di dunia fantasi.
Saya ingat memainkan cerita seorang yang terpilih, sang messiah. Ia berjalan, menyusuri dunia fantasi untuk mengalahkan tokoh jahat, sang raja kegelapan (begitu klise-nya). Suatu saat saya mengunjungi suatu tempat pemukiman terakhir, tempat beristirahat dan membeli barang-barang kelas atas sebelum bertemu sang boss. Di situ saya sadar, bagaimana sang penjaga bar, seorang biasa, mampu mengumpulkan barang-barang kelas atas dan bertahan selagi saya, sang messiah, terlunta-lunta menghadapi mob random encounter yang luar biasa menyusahkan?
Barang-barang itu tidak akan ada tanpa adanya para pemburu, tak ada yang mengantarkan kecuali ada bantuan pedagang ataupun kurir, dan tak akan ada tanpa diramu terlebih dahulu dari seorang alchemist ataupun sang pemilik bar itu sendiri. Pemukiman itu barangkali juga tidak ada jika sang penjaga bar tidak cukup kuat, tidak memiliki koneksi, dan segala persyaratannya untuk bertahan di tempat itu. Demikian, mereka ada, untuk membantu sang messiah mengemban tugasnya dan tentu juga untuk kebaikan para petualang dan mahluk lainnya.
Cerita-cerita seperti menarik seseorang ke dalam realita, saya harap begitu. Seorang berpakian oranye yang menyapu taman dan orang yang menyeret gerombak sampah, apa bisa dikatakan pahlawan kita tak pernah tahu, tapi jelas tanpa mereka taman kotor dan sampah tidak ada yang mengambil. Begitu juga tentu pekerjaan seperti Guru, TKI, Mbok nasi rames, dan lain-lainnya. Mereka menghidupi dunia mereka, perbuatan mereka dalam berkontribusi pada keadaan yang lebih baik sama baiknya mungkin dengan pahlawan.
Tapi mereka tak dibanggakan, tak dinyanyikan, dan bahkan beberapanya dihina. Mereka yang saya idolakan, pahlawan-pahlawan semacam itu, sebagaimana tokoh yang saya hormati juga yang seumur hidupnya berjuang demi bangsanya ditembak oleh bangsa yang dibelanya, seumur hidupnya dikutuk oleh sebagian bangsanya, tokoh tragis di kisah-kisah tragedi kebanyakan. Tapi mereka-mereka ini adalah yang menjejakan kakinya, membekas langkah kaki dalam dunia yang dibuatnya, dunia yang lebih baik dari kegelapan tanpa harap miliknya dulu.
Saya berharap, dengan kemampuan saya yang terbatas dan apa adanya mampu menciptakan konsep-konsep potensial untuk mengusung tema The Unsung Hero ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar