Sempet kepikiran bikin mini seri soal Necrophilia, setting pada era victoria abad 19 dengan budaya Post-Mortem Photography yang populer saat itu.
Post-mortem fotografi (juga dikenal potret berkabung) sendiri merupakan praktek memotret orang yang baru saja meninggal dimana mayat masih dalam keadaan fresh. Foto-foto ini jadi sempet umum di budaya Amerika dan Eropa pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh. Post-Mortem Photography ini gak hanya membantu dalam proses berduka, tetapi juga pengingat visual almarhum pada momen akhirnya. Ada kepercayaan juga bahwa foto-foto almarhum ini didiami arwah almarhum sehingga hal ini sempat jadi populer di kalangan masyarakat yang ingin nyawa almarhum bersama mereka.
Sebenarnya tema keinginan keluarga untuk mengabdikan momen atau melihat kondisi akhir almarhum yang gw mau jadiin cerita dan hal ini pertama kali terinspirasi film Okuribito sebelum ketemu referensi ini.
(Post-Mortem Photography, di gambar ini aslinya merupakan mayat wanita yang sudah dirias sedemikian rupa sehingga terlihat hidup)
Foto-foto Post-Mortem ini ajaibnya kadang masih bisa nangkep kecantikan visual pada almarhum, contohnya pada foto diatas dengan riasan dan foto hitam-putih yang menyamarkan status kematian mayat. Disini gw langsung kepikiran tentang mengkaitkan hal tersebut dengan necrophilia, sekaligus keadaan psikologis pemotret yang dalam keadaan kelainan mental karena krisis kondisi seksualnya.
Rosman and Resnick (1989) di jurnalnya "Sexual attraction to corpses: A psychiatric review of necrophilia" menjelaskan tentang penyebab Necrophilia, yaitu tentang penolakan seksual, low self-esteem, keinginan untuk keluar dari perasaan isolasi dari gender lain, ketertarikan pada visual mayat ketika dipertunjukan dan perasaan bertemu dengan pasangan yang telah lama pergi (disini gw rencananya lebih ke arah jodoh yang akhirnya bertemu). Necrophilia sendiri berkutat pada fantasi ekstrim, pelaku menganggap bahwa mayat yang berada dihadapannya sebagai sosok hidup dan berbicara yang padahal dalam hal ini pelaku sendiri yang menggantikan suara mayat tersebut (sedikit ngingetin kita sama film Phsyconya Alfred Hitchcock yah?), dan gw pikir ilusi ini akan semakin parah dengan betapa blurnya visual kematian dalam Post-Mortem Photography ini, yang sebenernya gak kaget jika mungkin aja praktek Necrophilia banyak pada saat itu.
Dalam kajian psikologi juga terdapat klasifikasi Necrophilia, khususnya dari Opportunistic necrophiliacs dimana terdapat ketertarikan untuk melakukan praktik necrofilia, Romantic necrophiliacs dimana melakukan necrofilia pada pasangan romansanya, dan Homicidal necrophiliacs dimana melakukan pembunuhan untuk melakukan necrofilia. Gw pengen buat tranformasi klasfikasi ini, cuman konteks Homicidalnya sedikit gw ubah : Membunuh seseorang untuk mayatnya dijadikan objek--> Jadi membunuh seseorang sebagai persyaratan. Mungkin kalian bisa lebih ngerti soal ini jika sudah baca ceritanya.
Tapi miniseri ini akhirnya gw tahan dulu idenya karena fokus pada cerita Naqoyqatsi yang gw garap dan sekarang lumayan ada pembacanya. Lama-lama lupa juga, dan ide ini gak pernah gw tulis, jadi cuman nyantol dikepala doang.
Suatu saat ada lomba dengan tema Horror-Psychology di suatu grup penulis Line yang fokusnya pada tema LN (Light Novel, novel jejepangan), dan karena gw pikir temanya cocok, akhirnya gw putuskan untuk eksekusi ide ini dengan gaya LN yang lumayan mudah. Disini ada kesusahan karena margin dan page yang dibatasi, sehingga berusaha dimuat-muatin (pertama kali bikin cerpen buat lomba hihi). Kesusahan juga pada susahnya minta pendapat ke temen (sebagai beta reader) apakah temanya sudah dapat, EYD, dan sebagainya. Saat itu karena waktu yang mepet, akhirnya langsung coba dikirim, dan ternyata pas dibanding-bandingkan dengan seluruh cerita di kompetisi, cerita Beautiful Flesh ini cukup lumayan lah. Pesimisnya adalah gak ada yang komen sama sekali tanda bahwa cerita ini sedikit unreadable dibanding cerita yang lain.
(Juara 4.. lumayan pulsa 5000..oke, belum kekirim sampe sekarang hadiahnya)
Saat hasil keluar, ternyata bisa nyantol di juara 4, dengan kritik bahwa tema horrornya gak dapet, yang ternyata horror disini lebih ke arah prespektif korban, atmosfir chill dan terror yang didapati dari kekuatan supranatural/kekuatan diluar akal, dimana cerita ini gak dapet ketiga hal ini. Tapi kayaknya ada juri yang suka dengan kometar ramenya cerita, psychology dan risetnya (padahal gw gak riset soal mayat dan pembunuhannya loh, sedikit-sedikit terinspirasi film sih) hingga bisa nyantol di juara 4, alhamdulilah.
Well, this is it, awal dibalik cerpen ini.
Dan oh, btw, tokoh James dan Donny disini terinspirasi nama temen gw, thx udah mau jadi pemeran utama disini.
Setelah ini gw bakal post ceritanya disini, sudah diedit sedikit, tapi yah.. masih kerasa gimana yah? Semoga bisa dinikmati deh :D
Footnotes :
Rosman, J. P.; Resnick, P. J. (1 June 1989). "Sexual attraction to corpses: A psychiatric review of necrophilia" (PDF/HTML). Bulletin of the American Academy of Psychiatry and the Law 17 (2): 153–163.
Rosman, J. P.; Resnick, P. J. (1 June 1989). "Sexual attraction to corpses: A psychiatric review of necrophilia" (PDF/HTML). Bulletin of the American Academy of Psychiatry and the Law 17 (2): 153–163.
sorry bro sibuk terus, tapi tetep sempetin baca kok
BalasHapusOke :D
BalasHapus