Chapter 6 : In Balthiq Eyes (Part 1)
Brutal, mengerikan. Aku menatap mayat-mayat yang berada didepanku, di antaranya gosong oleh petir yang turun dari langit, berteriak sebelum akhirnya nyawa tersebut keluar dari tenggorokannya. Mata mereka yang sudah mati terpaku menatapku penuh ngeri, walau mata tersebut hitam lebam penuh dengan asap.
Aku membunuhnya, aku membunuh mereka semua.
Lushan bertanya padaku, bagaimana rasanya membunuh?
Aku tidak tahu, aku menjawabnya bedasarkan logikaku, bahwa semua orang akan mati dan aku hanya mempercepatnya proses tersebut.
Tapi air mataku mengalir, aku tak bisa membendungnya. Aku sama mengerikannya dengan mereka, yang dulu aku takuti. Aku, apa yang sudah kulakukan?
Sampai akhirnya Lushan berteriak padaku, sesuatu menusuk badanku, lalu pandanganku menghilang. Sekian detik kemudian, aku tersadar diikuti dengan rasa yang teramat sakit. Arwahku tertarik paksa oleh sesuatu, lepas dari lekatnya daging ditubuhku yang terasa sungguh sakit hingga akhirnya aku bertemu dengan suatu cahaya yang sangat besar dan bersatu dengannya.
Aku mati, dan aku merasa bersatu dengan sesuatu yang sungguh besar.
Saat itu aku tahu bahwa hidup hanyalah melepas sesuatu yang kecil, begitu kecil, dan mendapatkan sesuatu yang maha besar. Aku tidak merasa sedih, dan merasa konyol. Bagaimana mungkin aku takut, bersedih pada sesuatu yang sangat kecil bahkan tidak nyata pada kekekalan yang besar, sesuatu yang sungguh besar?
***
“...”
Mimpi itu lagi..
Mimpi dimana bukan Lushan yang menyelamatkanku, dan aku menghabisi mereka yang mengancam kami dengan sihir yang ibu ajarkan.
Mimpi tersebut terasa sungguh nyata, seperti hal itu lah yang sesungguhnya terjadi, dan aku mati, proses yang mengerikan namun hasil yang sungguh aneh, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Kedamaian yang sungguh kurindukan, namun jika kupikir-pikir lagi, aku merasa semakin sadar bahwa aku bukanlah diriku sendiri saat itu. Menyatu seperti lepas dari makna individu, di dalam mimpi itu aku bukan diriku lagi, bahkan bukan siapa-siapa. Tapi mengapa aku tidak merasakan rasa ngeri didalamnya?
“Balthiq, kau sudah bangun?”
Ibu sudah menggunakan baju perginya, dia harus segera pergi ke tempat pertemuan membahas permasalahan Lushan.
“Ibu bagaimana keadaan Lushan?”
Saat itu raut muka ibu berubah, mukanya dipenuhi oleh kekhawatiran.
“Luka bakarnya semakin parah, ibu harus membuatnya tidur panjang sehingga ia tidak merasakan sakitnya luka disekujur tubuhnya. Jika dia tidak cepat dibawa ke Shizang ibu takut infeksi lukanya akan semakin parah..”
“Lalu kenapa kita tidak segara membawanya kesana?”
Ibu segera duduk dan mengeluarkan pipa opiumnya.
“Lushan, dia dituduh membunuh salah satu pengawal elite kerajaan, dan banyak masalah lainnya. Bagaimana jika kau ikut Balthiq? Ibu akan menunggumu, cepat kau mandi dan ganti baju”
“Baik bu..”
Aku tahu bahwa permasalahan yang dibawa Lushan sungguh besar, dan terdapat misteri dibalik kekuatan Lushan. Tidak, bahkan aku tidak merasa orang yang kutatap saat itu adalah Lushan, dia seakan bertranformasi menjadi sesuatu yang lain ketika peristiwa penyerangan itu terjadi.
Entah mengapa hari-hari semakin aneh, mimpi tersebut dan Lushan. Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Telah sampai aku dan ibuku di tempat pertemuan. Terdapat An Yanyan, Penasihat keluarga An, adik ibu, seorang kakek tua bangsawan yang kupikir merupakan salah satu penasihat kaisar, beberapa bangsawan yang tidak terlalu terlihat istimewa, lalu seorang gadis yang matanya ditutupi oleh kain yang kupikir sebelumnya berseteru dengan Lushan, dan Prajurit yang kukira adalah salah satu petinggi kerajaan.
“Hukuman bagi yang membunuh prajurit milik Kaisar adalah hukuman mati, kalian sesungguhnya tau tentang hukum ini bukan? An Yanyan kenapa kau membela anak ini? Pertama, Kaisar tidak akan menurunkan derajat namamu karena bukan anak tirimu yang menyerang pertama kali, tentunya asal anak ini kau hukum mati. Kedua, dia baru saja menjadi anak tirimu, tidak mungkin sudah muncul rasa kasih sayangmu. Ayolah An Yanyan, kita harus berdamai dengan kaisar.”
Penasihat keluarga An mengucapkan hal tersebut sebelum ibu duduk. Raut muka ibu terlihat kesal, tapi An Yanyan langsung menyambar ucapan penasihat tersebut.
“Shu Zhong, kau tidak tahu anak ini, dia istimewa. Bahkan anakku sendiri akan kuberikan pada Kaisar, tapi tidak dengan anak ini. Dia satu-satunya harapan keluarga An!”
“Lalu apa yang istimewa dari anak ini wahai An Yanyan?!”
Penasihat yang dikirim Kaisar untuk menyelesaikan masalah ini berbicara lantang pada An Yanyan. Kupikir dia yang memberikan isyarat perdamaian dengan menghukum mati Lushan.
“Dia bisa melakukan..”
“An Yanyan!!”
Ibu berteriak, dan semua yang berada di pertemuan ini kaget dengan teriaka ibu.
Saat itu An Yanyan ingin memberi tahu bahwa Lushan mampu menggunakan sihir, tapi bagaimana mungkin An Yanyan tahu? Kupikir cuman adik ibu, aku, dan ibu saja yang tahu.
“Mengapa istriku? Mereka semua pantas tahu bukan?”
“Kau mau membahayakan anakku?”
“An Yanyan tolong ceritakan, atas nama kaisar apapun informasi yang membuatku mengerti alasan untuk tidak memenggal anak tirimu.”
An Yanyan tersenyum menatap Ibu, dan Ibu hanya memalingkan mukanya. Adik ibu menutupi muka dengan tangannya memperlihatkan kebodohan yang An Yanyan lakukan. Saat itu aku sadar hanya satu orang yang tidak bereaksi, namun gemetar memenuhi badannya.
“Lushan..”
Roxanna kalau tidak salah. Gadis misterius yang dijaga oleh pasukan elite yang mampu menggunakan sihir. Apa hubungannya dengan Lushan? Bagaimana dia bisa mengenal Lushan yang dulunya hanyalah masyarakat kalangan bawah?
“Roxanna, kau tidak perlu bicara. Aku tahu kau shock akan semua ini bukan?”
Penasihat Kaisar berpikir Roxanna dalam keadaan shock, namun aku tahu dari suaranya tidak ada rasa ragu didalamnya, walau badan tersebut bergetar penuh dengan rasa takut.
“Dia berbahaya, sangat berbahaya..”
An Yanyan tidak melanjutkan omongannya, semua terpusat pada Roxanna.
“Berbahaya seperti apa? Kami tidak mengetahui apa yang terjadi, tolong Roxanna jelaskan apa maksudmu.”
Kupikir ibu maupun adik ibu yang melihat kekuatan Lushan menutup mulutnya rapat-rapat. Satu-satunya saksi yang tersisa adalah aku dan Roxanna, beruntungnya ibu tidak mengatakan apa-apa perihal diriku. Hal ini membuat Roxanna satu-satunya saksi mata disini.
“Dia akan menghancurkan semuanya, semuanya!! Dia bisa saja menghancurkan tempat ini, dia begitu benci pada kalian.. Kalian yang penuh dengan kemunafikan, rasa dengki, dan.. dia sungguh buta dengan kebencian hingga dia menjadi gila dan membantai kalian semua!!”
Roxanna berteriak, mereka semua merasa apa yang dikatakan Roxanna adalah hasil dari trauma dari seorang yang baru melihat pembunuhan, terutama orang yang berada paling dekat dengannya.
“Roxanna cukup, penjaga tolong bawa dia..”
Penasihat Kaisar menyuruh beberapa pasukannya untuk membawa Roxanna. Saat menuju pintu keluar, Roxanna masih berbicara kepada dirinya sendiri.
“Tidak, tidak.. Ini salahku, ini salahku..”
Roxanna keluar dan hening memenuhi ruang pertemuan ini.
“Baik, kita lanjutkan kembali.. dan yang ingin kukatakan adalah Lushan mampu..”
An Yanyan kembali mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan.
“Menggunakan sihir.”
Ibu menundukan mukanya, namun perasaan tidak percaya memenuhi ruang pertemuan ini.
“Apa kau gila!”
“Lalu apa kau bisa jelaskan bagaimana penjaga gadis tersebut memiliki luka bakar parah? Kau pikir anak tiriku Lushan memiliki obor ditangannya yang kemudian ikut membakar dirinya?”
Penasihat kaisar berdiri dan begitu juga beberapa bangsawan lainnya. Mereka tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh An Yanyan. Mereka menengok pada adik ibu yang merupakan ketua akademi sihir, namun dia menunjukan muka yang mengkonfirmasi apa yang diucapakan oleh An Yanyan.
“Tidak mungkin.. Apa karena Klan Ashide?”
“Tidak, ini pertama kalinya di dalam Klan Ashide laki-laki memiliki kekuatan sihir.”
Adik ibu berbicara menolak bahwa keadaan ini diakibatkan darah yang mengalir pada keluarga kita.
“An Yanyan.. Aku akan berbicara pada Kaisar. Selain itu, bisakah kalian rahasiakan perihal ini untuk tidak terjadi kehebohan? Dan..”
Penasihat Kaisar melihat pada bangsawan yang heboh oleh kenyataan ini.
“Prajurit tolong bawa mereka, rahasia ini tidak boleh bocor..”
“Hei!!”
Mereka membrontak ketika para prajurit mengekang lengan mereka untuk dibawa keluar. Mereka meneriakan bahwa derajat mereka lebih tinggi dari keluarga An dan mereka memiliki koneksi yang kuat dengan kerajaan, tapi penasihat kaisar tidak peduli dengan ucapan dan sumpah serapah mereka.
“Untuk proposalmu klan Ashide, membawa Lushan menuju akademi sihir untuk melakukan pengobatan dan penelitian kuizinkan. Tapi apapun keputusan Kaisar setelahnya kalian harus menurutinya, walau mungkin An Lushan akan tetap dihukum mati, penolakan perintah Kaisar adalah pembrontakan dan tak ada kata ampun untuk hal tersebut.”
“Baik..”
Saat itu penasihat kaisar keluar dari ruangan, dan An Yanyan tersenyum puas dengan hasil yang ia dapatkan, apapun yang ia rencanakan pasti sudah berhasil. Saat itu ibu keluar dengan cepat dan aku mengikutnya.
“Ibu kau mau kemana?”
“Roxanna, siapapun dirinya, dia tahu apa yang terjadi pada Lushan..”
***
Ibu langsung tahu dimana lokasi Roxanna. Dia duduk di bebatuan, lokasi tempat Lushan dan penjaganya bertarung. Seperti orang tidak waras, ia mengulang kata-kata yang ia ucapkan ketika keluar dari ruang pertemuan.
“Ini salahku..Ini salahku.. Oh Lushan, aku yang membuatnya..”
“Membuatnya apa? Apa yang kau lakukan pada anakku?”
Roxanna menatap ibu, dia menangis dan pengikat matanya terlihat basah oleh air mata yang keluar.
“Aku yang menyulutkan api padanya yang kupikir bisa kukendalikan, tapi api tersebut menyebar begitu luas dan membakar semuanya termasuk kau dan aku..”
“Apa yang kau maksud?”
“Kau seharusnya mati Balthiq.. Dia sering bercerita tentangmu, mimpi buruknya dimana panah tersebut menembus badanmu dan matamu. Bagaimana rasanya membunuh Balthiq?
“Apa yang kau maksud..? Bagaimana bisa..”
“Apa yang kumaksud? Aku tahu kau bisa merasakannya, dan kau juga mertuaku, kau tahu bahwa Lushan telah memakanmu bukan?”
Bagaimana dia bisa tahu perihal mimpiku? Lalu Lushan memakan ibu? Apa yang ia maksud? Aku merasa kaget bahwa wanita ini tahu tentang mimpiku, tapi berbeda dengan ibu. Matanya penuh dengan amarah, ia gertakan giginya dan tangannya segera menyambar penutup mata Balthiq.
“Kau.. Mata tersebut..”
Penutup mata tersebut menyembunyikan pupil mata yang begitu merah bagai darah. Cantik, dan mengerikan. Raut muka ibu yang terlihat marah tiba-tiba mencair menjadi raut muka kasihan.
“Ibu, ada apa dengan mata tersebut?”
“Kau bilang bahwa aku adalah mertuamu bukan? Apa kau melihat masa depan? Tidak mungkin..”
Saat itu Roxanna terlihat begitu takut menatap mata ibu.
“Apa yang Lushan lakukan lebih mengerikan dari apa yang kau pandang dariku?”
Roxanna terdiam menutup matanya, namun mulutnya bergerak mencoba menjawab pertanyaan ibu.
“Sangat, sangat mengerikan. Apa yang kau lakukan, apa yang kau pikir begitu mengerikan hanya sekecil titik bagi apa yang telah Lushan lakukan.”
“Anakku telah menjelma menjadi iblis seperti ibunya? Ah tidak, lebih hebat lagi bukan? Hahaha.. Begitu bangganya ibumu ini Lushan..”
Ibu tertawa, tapi raut mukanya menangis dan air mata menggenangi matanya.
“Ibu.. Apa yang sedang terjadi? Ibu?”
“Balthiq kita pergi dari sini. Kupikir dia sudah melewati batas kewarasan dan jatuh kejurang kegilaan.”
“Maksud ibu?”
“Matanya istimewa Balthiq, dia bisa melihat apapun yang ada dalam pikiranmu, apapun yang pernah kau lakukan, bahkan melihat ruhmu. Dia telah menatap hal mengerikan dari diri Lushan, dan satu-satunya hal untuk pergi dari penderitaan, suasana yang sangat mengerikan, dan rasa putus asa adalah menjadi gila. Wanita di depanmu sudah tidak waras.”
“Maksudmu Lushan..”
“Apapun itu, dia sudah melakukan hal yang mengerikan, dan aku ingin memastikanya.”
Ibu berjalan menjauhi Roxanna dan aku mengikutinya, selagi itu Roxanna kembali mengucapkan kata-kata penyesalannya kembali.
“Memastikannya dengan apa?”
“Ini terdengar gila Balthiq, akupun ragu dengan apa yang kupikirkan sekarang. Kita harus bertanya pada Lushan langsung, dan aku ragu dia akan menceritakannya.”
Ibu berbicara tapi tidak menjawab, aku semakin heran dan khawatir tentang apa yang ingin ibu lakukan, karena yang kulihat kini adalah ketakutan pada mata ibu.
“Ibu.. Apa yang ingin kau lakukan?”
“Persis seperti apa yang gadis itu lakukan, ibu.. bukan, kita akan masuk kedalam pikiran Lushan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar