In Balthiq Eyes (Part 3)
By Reza Pratama Nugraha
Kegelapan membuatku tidak mampu mengetahui tempat apa ini, namun jelas bahwa suara Lushan yang menangis mengarahkanku padanya. Setiap langkahku tidak terhalang oleh sesuatu seakan aku berjalan dalam ruang yang benar- benar kosong. Aku berpikir jika ini merupakan bagian dari memori Lushan, maka saat itu dia berada dimana? Suaranya sangat persis dengan suara Lushan sekarang, tapi mengapa dia bisa sendirian di tempat seperti ini?
“Lushan?”
“Jangan tinggalkan aku.. Tolong..”
Dia bergumam sendiri tanpa menjawab pertanyaanku. Aku mendekatinya dan menyentuhnya. Dia sepertinya merasa kaget dengan sentuhanku.
“Siapa kau? Kenapa kau bisa berada disini?”
“Aku Balthiq, kakakmu!”
Aku membacakan mantra dan api keluar dari jariku, cukup untuk memperlihatkan wajahku dan wajah Lushan. Di hadapanku terdapat Lushan dengan muka ketakutan, dan matanya yang penuh dengan kegilaan. Ya, kegilaan, aku bisa merasakannya bahwa Lushan di hadapanku bukanlah Lushan yang waras. Saat dia bertanya kenapa aku bisa ada disini, aku kebingungan untuk berbicara. Apakah aku akan menjawabnya? Bukankah ini akan mengacaukan memori Lushan? Tapi jika dipikir-pikir berbicara dengannya saja disini sudah mengacaukan hal ini sejak awal.
“Aku masuk ke memorimu Lushan, bersama ibu.. Kau pasti tidak mempercayainya, tapi jawab pertanyaanku, kenapa kau bisa berada disini?”
“Aku.. aku.. aku tidak tahu kakak.. Saat itu aku berbicara denganmu di kereta kuda menuju kediaman keluarga An, dan tiba-tiba aku berada disini..”
Mendengarnya, aku merasakan bahwa Lushan yang berbicara denganku persis dengan nada bicaranya sebelum dia berubah menjadi Lushan yang sekarang. Keringatku keluar, aku merasakan sesuatu yang janggal dari memori ini.
“Maksudmu?”
“Aku tidak tahu! Tiba-tiba aku disini, seseorang berbicara bahwa dia akan mengambil alih diriku, dan..dan.. aku sendirian disini begitu lama..”
Tunggu, apakah aku benar-benar berbicara dengan Lushan? Jika saja benar bahwa dia adalah Lushan, maka dia adalah kesadaran adikku sebelum berubah menjadi Lushan berdarah dingin yang mengambil alih tubuhnya. Tentu saja ini adalah teoriku, belum tentu benar, tapi ini benar-benar gila. Maksudku dia akan selamanya berada disini, di kegelapan ini sendirian, dan hal ini benar-benar mengerikan! Aku tidak bisa membiarkan Lushan sendirian disini.
“Lushan siapa yang berbicara denganmu?”
“Diriku sendiri, aku melihat diriku sendiri.”
Tiba-tiba api di tanganku mati. Aku mencoba membacakan mantra, namun entah bagaimana sihirku tidak mampu bekerja.
“Kakak tolong nyalakan lagi, aku ketakutan...”
“Tidak bisa.. Oh Lushan..”
Aku memeluknya dan menangis. Aku merasakan bahwa Lushan benar-benar merasakan depresi yang berat berada disini, keheningan luar biasa dan tak ada satupun cahaya yang masuk. Kekosongan ini bahkan bisa membuatku gila jika saja suara Lushan menghilang, dan ya, Lushan tidak berbicara sama sekali saat itu.
“Lushan?”
Dia hanya diam dan menggegamku kuat. Aku ketakutan tentang apa yang terjadi disini. Cengkramannya begitu kuat sehingga aku merasa kesakitan.
“Lushan! Aku kesakitan.. Berbicaralah, apa yang terjadi padamu.”
“Kau tahu apa yang terjadi saat aku bertemu pria yang mirip sekali denganku? Dia bercerita hal yang gila, tentang apa yang kulakukan di masa depan. Aku merasa.. sungguh tidak percaya.”
Jadi kesadaran Lushan dari masa depan menceritakan dirinya?
“Dia memperlihatkanku kematianmu, kematian istrinya, bagaimana dia membunuh ibuku, bagaimana dia dibunuh oleh anaknya, apa yang telah dia lakukan..yang telah dia lakukan..”
“Lushan, itu bukan dirimu..”
“Aku melihatnya, itu diriku kakak.. dan kini aku terkurung disini, dan aku mencari alasan mengapa aku berada di kegelapan ini. Akhirnya aku sadar kakak, akulah yang akan melakukan itu di masa depan. Aku ingat, aku tidak ingin melakukan hal tersebut di masa depan, ini adalah ganjaran dari apa yang telah kuperbuat”
Tidak masuk akal, apa maksud Lushan. Maksudnya dia berada disini sebagai ganjaran bahwa dia akan melakukan hal yang bahkan belum ia lakukan sama sekali?
“Tapi kakak, kau akan menemaniku disini bukan?”
Lushan kembali mengenggamku kuat, dan aku merasakan ketakutan. Suara Lushan semakin mengerikan di telingaku.
“Lushan, aku berjanji akan mengeluarkanmu dari sini, tapi..”
“Tapi? Tidak, dia juga berbicara seperti itu padaku, dan lihatlah! Dia meninggalkanku kakak, dan..dan.. oh tidak”
Saat itu tiba-tiba dalam sekejap ruangan ini dipenuhi oleh cahaya. Sekejap aku terasa buta oleh cahaya yang begitu silau hingga akhirnya aku sadar bahwa Lushan sudah melepasku dan kini dia berdiri di depan kaca. Aku sadar bahwa ruangan ini dilapisi oleh dinding kaca yang mengelilingi kami, namun hanya terlihat refleksi Lushan saat itu.
“Lushan?”
Lushan terlihat aneh, dia tersenyum melihat dirinya, dan matanya dipenuhi oleh kegilaan. Bahkan aku merasa ngeri dengan Lushan dihadapanku ini.
“Lihat, kau ketakutan bukan? Kau tahu apa yang kusadari? Aku seharusnya mati kakak.. “
"Lushan cukup!”
Aku mendekatinya, namun dia memberikan tanda berhenti pada tangannya, dia tidak ingin aku mendekatinya.
“Jika dia tidak datang, kejadian ini akan terulang lagi kakak.. Aku sadar, dan aku tidak ingin mengulanginya..”
Aku menyadari tangan Lushan berdarah, dan terdapat kaca di tangannya. Sejak kapan dia melakukannya? Tapi aku sadar langkah selanjutnya yang akan ia lakukan, aku harus segera menghentikannya.
“Tidak Lushan! Kau sadar bukan tentang apa saja yang kau akan lakukan? Jika kau sadar, maka kau tidak akan melakukannya. Sesederhana itu saja Lushan, apakah kau mengerti apa yang kukatakan?”
“Tidak kakak.. aku pikir.. aku tidak sadar..”
Dia menggorok lehernya sendiri dan darah tumpah dari lehernya. Suaranya keluar seperti hewan ternak yang kepalanya dipenggal dalam rumah jagal. Aku hanya terdiam, dan kakiku begitu lemas terjatuh. Aku berteriak tidak percaya saat itu, pemandangan ini begitu mengerikan sehingga reaksiku saat itu hanya berteriak memanggil nama Lushan, namun sadar bahwa teriakanku percuma, dan aku segera mendekati Lushan di hadapanku.
“Lushan! Oh Lushan..”
“...”
Dia hanya menatapku, air matanya mengalir dan aku melihat dia tersenyum walau jelas air mata tersebut memperlihatkan kesedihan di matanya, seakan dia berkata bahwa akhirnya dia melakukan tindakan yang benar.
“Lushan, ada apa dengan senyummu Lushan? Kau pikir apa yang kau lakukan ini benar? Apakah kau bodoh.. bukan aku sudah berkata kepadamu bahwa kau belum melakukannya.. Ada apa denganmu Lushan..”
Dia menutup matanya, tapi senyum tersebut tidak lepas dari mulutnya. Aku hanya menangis menyadari bahwa Lushan tidak bereaksi lagi dengan ucapanku.
“...Balthiq..”
“!?”
Aku mendengar suara Lushan, tapi suara tersebut berbeda dengan suara Lushan dihadapanku yang jelas sudah tidak lagi bersuara.
“Cepat..”
Suara tersebut begitu kecil, aku tidak bisa mendengar dengan jelas, tapi saat itu aku menyadari bahwa ruangan sekitarku di penuhi darah. Darah yang muncul dari refleksi Lushan keluar dari kaca, dan kemudian perlahan memenuhi ruangan ini.
“Oh tidak..”
Darah tersebut begitu cepat hingga akhirnya mengenai kakiku. Lushan tergenang oleh darah tersebut, dan aku berusaha untuk menjauhinya, namun aku sadar bahwa darah dari leher lushan mengalir begitu deras. Aku berusaha menutup lukanya, tapi darah tersebut tidak bisa kuhentikan.
“Ada apa ini? Mengapa darah ini tidak mau berhenti..”
“...Kaca..”
Suara tersebut berusaha memberitahu sesuatu, namun ketika darah mencapai betisku, suara tersebut semakin tidak terdengar. Aku mencoba mendekatkan telingaku pada kaca, dan tidak terdengar apa-apa selain bisikan yang tidak jelas.
“..Pe..c..ah”
“Aku tidak bisa mendengarmu! Apa itu dirimu Lushan!”
Entah mengapa aku percaya bahwa itu Lushan, tapi kesadaran Lushan dari masa depan. Apa yang ia katakan padaku sesungguhnya?
Apa dia ingin menyelamatkanku? Tunggu, apa dia ingin membunuhku? Aku mengingat pandangannya yang begitu mengerikan padaku..
Darah sudah mencapai dadaku, dan aku mengucapkan segala mantra yang kutahu, dan ha l itu merupakan tindakan yang percuma, seakan doaku terhalang oleh sesuatu.
“Oh tidak..”
Darah sudah mencapai leherku, dan akhirnya aku tenggelam di antara darah. Bajuku ebegitu berat, hingga akhirnya kulepaskan kain-kain tersebut untuk membuatku bisa keatas permukaan, tapi kusadari bahwa atap dari ruangan ini begitu dekat hingga aku tahu bahwa takdir yang menungguku disini adalah tenggelam.
Aku menahan nafas, dan tenggelam di antara darah yang entah mengapa terlihat bening, bukan darah yang kental yang kuketahui. Aku melihat di kaca tersebut yang kini terlihat tembus pandang, terdapat seorang yang mengetuk kaca. Aku menyadari bahwa kaca tersebut merupakan kaca dua sisi, dan aku berusaha memukul kaca tersebut yang kusadari percuma dengan tenagaku.
“...”
Nafasku perlahan habis, aku kehilangan semangatku untuk keluar dan tanganku tidak lagi kuat memukul kaca tersebut. Ketika mataku mulai tertutup, orang dibalik kaca tersebut mendorong tubuhnya, kaca tersebutpun mulai retak dan akhirnya kaca tersebut pecah lalu aku terbawa oleh kaca tersebut keluar dari ruangan tersebut.
Aku segera mengambil nafas dan terbatuk-batuk mengeluarkan cairan yang masuk. Bajuku kini begitu tipis, dan warna merah memenuhi bajuku. Saat itu di hadapanku adalah Lushan yang lain, dia terlihat bernafas lega melihatku.
“Kau siapa?”
Aku segera bertanya padanya, dan dia terdiam sebentar sebelum akhirnya menajwab.
“Lushan, adikmu.”
“Lalu siapa yang ada di ruangan gelap tersebut!”
“Dia.. Bukan Lushan yang sesungguhnya..”
“Tidak, jelas-jelas dia adalah adikku yang sesungguhnya! Bukan Lushan yang.. membunuh seseorang dengan tangan dinginnya.”
Entah mengapa kemarahan yang sungguh luar biasa memenuhi batinku, seakan orang di depanku ini baru saja membunuh adikku, dan lucunya dia sendiri merupakan adikku.
“Tapi dia akan melakukannya, dia akan menjadi diriku. Karena itu kita tidak berbeda, dan setelah dia mati disini, maka eksistensi dirinya sudah sirna dari dunia ini..”
Eksistensi? Kata-kata tersebut sungguh mengerikan, seakan Lushan benar-benar lenyap dari dunia ini.
“Ekspresi wajahmu berkata bahwa kau tidak percaya ini. Baiklah, kau seharusnya mati Batlhiq, aku datang dan menyelamatkanmu. Lihat apa yang berubah saat itu? Ya, perubahan yang berarti! Maka apa yang seharusnya terjadi tidak akan terjadi, dan eksistensi Lushan lenyap saat itu juga oleh eksistensiku, Lushan yang datang dari masa depan ini.. Apa kau tidak mengerti juga?”
Dia mengucapkan itu dengan ringannya, dan mengucapkannya seakan hal itu tidak sulit untuk dimengerti oleh akal sehat. Apa dia gila?
“Dia yang berada disana adalah Lushan yang masih berumur 13 tahun, tidak pernah membunuh sama sekali. Ya, kau melakukan perubahan, bahkan kau memberti tahunya apa yang telah engkau lakukan. Apa itu tidak cukup? Dia pasti tidak akan mengulanginya bukan?”
“Aku sepenuhnya memahami rasa simpatimu, tapi manusia seharusnya hanya memiliki satu kesadaran Balthiq. Ketika aku kembali, otomatis ingatanku menyatu dengan Lushan di masa kini, dan ingatanku lebih dominan dari apa yang Lushan pada masa ini punya. Aku menaruh Lushan dalam ruangan tersebut dan tidak mengeleminasinya, tapi membuatnya memutuskan apakah dia menyerahkan eksistensinya demi diriku atau bertemu masa depan suram yang akan dia lakukan. Hal ini sudah diputuskan di alam bawah sadar ketika pertama kali aku mengambil alih tubuhnya.”
“Dia menyerahkan badannya untukmu? Lalu kau biarkan dia dalam kegelapan seperti tadi?”
Lushan hanya tersenyum penuh dengan perasaan ironis.
“Itulah yang terjadi Balthiq ketika dia menyerahkan alam sadar dirinya padaku, tapi pada kenyataannya dia menyerah ketika kau datang. Sekarang sepenuhnya hanya akulah yang berada disini. Eksistensinya lenyap dan hanya aku yang berada disini, berbicara padamu”
Aku tidak terima dengan penjelasannya. Seakan perasaanku menolak menyatakan orang yang ada di hadapanku adalah Lushan, dan dia baru saja membunuh Lushan sesungguhnya, walau segala yang ia jelaskan mengarahkanku menyetujui bahwa tidak ada perbedaan di antara Lushan kini dan masa depan, semua jenis kesadaran tersebut tetaplah dirinya.
“Apa kau sudah puas dengan pertanyaanmu? Kelihatannya tidak. Sekarang saatnya aku bertanya, bagaimana kau bisa berada disini?”
Lushan seakan tidak ingin menghabiskan waktunya untuk berdebat sesuatu yang tidak ada habisnya. Aku memutuskan untuk memendam amarah ini, dan fokus pada Ibu yang berpisah padaku. Tanda yang ia berikan di tanganku bersinar padam, dan aku semakin khawatir tentang keadaan ibu.
“Setelah kejadian dimana kau membunuh penjaga gadis yang bernama..”
“Roxanna..”
Raut muka Lushan seketika berubah ketika aku mengucapkan Roxanna. Kalau tidak salah, Roxanna berkata bahwa ibu adalah mertuanya, berarti apakah dia istri Lushan di masa depan?
“Ibu bertanya padanya dan memutuskan untuk masuk dalam pikiranmu untuk mengungkap bagaimana kau bisa menggunakan sihirmu Lushan. Akhirnya kami tahu bahwa kau berasal dari masa depan, dan semakin dalam kami mencari, dewa yang membentuk kontrak denganmu ternyata masih mengawasi dan membuat pikiran ibu dan diriku terpisah..”
“Dewa.. oh..”
Lushan seakan mengakui keberadaan dewa tersebut menandakan Lushan benar-benar melakukan kontrak dengannya.
“Ibu memberi tanda ini padaku, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan ini.”
“Pelacak. Ibu memberikanmu pelacak Balthiq, dan sepertinya aku bisa membantumu mencarinya.. tapi..”
Lushan seakan bermasalah dengan membantuku mencari ibu.
“Tapi apa?”
“Kau harus melewati memoriku.. Kau tahu apa yang kupikirkan? Kau tidak akan melihatku dengan cara yang sama lagi Balthiq.”
“Maksudmu seperti istrimu di masa depan itu?”
“Ya, kau akan memandangku sebagai monster. ”
Ucapan Lushan seperti megeneralisir diriku dengan rox.. siapa namanya? Begitu asing hingga aku tidak bisa mengingatnya. Sejujurnya aku benci disamakan dengan wanita gila tersebut.
“Aku akan menilainya dengan mata kepalaku sendiri Lushan. Aku hanya ingin bertemu dengan ibu dan keluar dari sini.”
“Nada bicaramu seakan tidak ingin tahu tentang apa saja yang telah kulakukan ?”
“Aku.. ingin tahu tentang bagaimana aku mati.. Aku selalu bermimpi buruk tentang itu, dan tentu saja ingin tahu apa yang terjadi padamu. Tapi sekarang aku sudah kehilangan rasa ingin tahu karena kematian Lushan yang sesungguhnya..”
“Jadi kau masih merasa bahwa dia Lushan yang sesungguhnya dan aku hanyalah kebohongan belaka? Baiklah, berikan tanganmu Balthiq.”
Lushan memegang tanganku, dan mengeluarkan sihirnya tanpa menggunakan mantra, sesuatu yang mustahil untuk penyihir biasa.
“Ah, dari segala memoriku, kenapa harus disana?”
“Dimana?”
“Akademi sihir,aku pikir ibu bisa gila bila dia berada disana..”
Lushan menggigit bibirnya, mukanya menunjukan bahwa dia benar-benar tidak ingin berada disana.
“Apa yang terjadi disana? Sesuatu yang kau perbuat juga?”
“Tentu saja. Kau akan tahu ketika kita berada disana. Aku tidak keberatan untuk menjelaskannya padamu.”
Saat itu Lushan memegang tanganku, dan seluruh ruangan berubah menjadi gelap menandakan kita masuk ke dalam bagian memori Lushan yang lain.
***
Seketika aku berada di lokasi suram yang kupercaya merupakan halaman depan dari akademi sihir. Halaman ini begitu luas dengan tiang-tiang tinggi di hadapanku, sampai akhirnya aku sadar terdapat bau busuk dan darah yang menetes dari atas.
“Hii..”
Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, seorang wanita yang tertancap oleh tiang yang masuk dari dubur hingga mulutnya. Mereka terlihat sungguh tersiksa, dan pemandangan ini menciptakan atsmosfir yang sungguh horror. Parahnya lagi, mungkin terdapat ratusan lebih tiang yang sama di seluruh halaman depan ini.
“Kita melakukan ini untuk menekan pembrontakan di provinsi Shizang. Cerita akan menyebar dan membuat mereka takut untuk melakukan tindakan bodoh.”
“Maksudmu semua ini..”
“Atas perintahku, cara yang benar-benar efektif. Aku mengikuti cara orang-orang utara yang melakukan invasi, dan mereka kerap kali melakukan ini, hanya saja aku agak sedikit melakukan secara berlebihan..”
Aku tidak percaya dengan ucapan Lushan. Dia berbicara di depanku sehingga aku tidak bisa melihat ekspresi mukanya, tapi nadanya seakan hal yang ia lakukan adalah tindakan yang begitu ringan untuk di ucapkan.
“Ini bukan tindakan yang bisa dilakukan manusia, ini sungguh..”
“Ya, aku tahu. Karena itu mereka menyebutku Iblis..”
Ketika kuperhatkan, seluruh mayat ini adalah wanita.
“Kenapa kau melakukan ini? Apa yang sesungguhnya terjadi?”
“Aku melakukan pemberontakan besar terhadap dinasti Tang, dan tentu saja Liga penyihir yang sudah berikatan kontrak dengan keluarga kekaisaran mendukung Kaisar. Intinya aku berhasil menginvasi akademi sihir sebagai pusat liga penyihir lewat proses yang sungguh sulit, dan masyarakat menuntut tawanan penyihir untuk dieksekusi atas ketakutan mereka pada etnik penyihir. Aku membutuhkan support dari masyarakat, dan akhirnya aku melakukan ini. Bahkan terdapat propaganda untuk membersihkan habis keluarga bar-bar, dan masyarakat sendiri yang melakukan pekerjaan kotor.”
“Demi masyarakat? Maksudmu semua ini adalah permintaan masyarakat.”
“Ya.. Tapi mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka hanya takut, dan aku mewujudkan keinginan mereka sebagai pelayan masyarakat, visiku saat itu.”
Pelayan masyarakat, ucapan Ayah yang selalu ia katakan pada Lushan tentang bagaimana pemimpin seharusnya tercipta. Kegilaan yang kulihat dan kukatakan tidak mungkin manusia lakukan nyatanya muncul dari masyarakat sendiri. Muncul perasaan aneh dari batinku, seakan ingin merasionalitaskan apa yang telah Lushan lakukan sebagai seseorang yang bekerja mewujudkan keinginan masyarakatnya.
“Apa kau menyesalinya?”
Lushan terdiam, dia tidak menjawab pertanyaanku dan melanjutkan perjalanannya.
Saat itu kita berada di kastil tempat akademi sihir. Kastil ini sungguh luar biasa untuk dikatakan sebagai tempat untuk melakukan pembelajaran. Segalanya dihiasi oleh emas, dan penuh dengan ukiran kuno pada temboknya. Kastil ini dikatakan telah berdiri sebelum kekaisaran muncul, dan tidak ada dokumen atau apapun yang menjelaskan bagaimana kastil ini berdiri, kecuali tempat ini adalah tempat munculnya sihir dan merupakan tempat suci bagi para suku bar-bar.
Lushan saat itu tidak masuk melalui pintu depan, namun pintu kecil yang mengarah ke bawah tanah. Lembab, dan bau. Aku menutup hidungku, dan sadar bahwa tempat ini lama kelamaan menjadi gelap. Lushan menyalakan api dari tangannya dan menyinari obor yang tertempel di tembok. Saat itu tanganku mulai bercahaya, dan saat itu aku melihat pemandangan yang mengerikan.
“Lushan! Apa itu?”
“Manusia..”
Tanda di tanganku memperlihatkan seorang dengan mata terbuka menatapku. Dia terlihat begitu mengerikan, dengan sekujur tubuhnya yang merah dengan daging dan otot. Mereka tidak memiliki kulit di sekujur tubuh mereka.
“Apa yang telah kau lakukan Lushan!”
“Aku tidak melakukan ini, tapi aku mengizinkannya. Mereka yang dikuliti tidak akan bisa berbohong Balthiq. Orang tersebut masih hidup, namun beberapa jam kemudian dia akan mati karena infeksi. Dalam prosesnya seharusnya pengulitan dihentikan ketika mereka sudah mulai berbicara, tetapi kupikir para algojo tersebut akhirnya menjadi seorang sadis, dan tidak menghentikan proses pengulitan dan membiarkan mereka hidup untuk beberapa jam.”
Air mataku mengalir ketika melihat mereka bernafas perlahan, meminta kematian untuk segera merengut nyawa mereka agar rasa sakit tersebut cepat menghilang.
“Mereka hanya proyeksi ingatanku Balthiq.”
“Kenapa kau membiarkan hal ini terjadi Lushan.. Ini begitu mengerikan..”
“Ini perang Balthiq, hal seperti ini juga terjadi oleh pihak musuh.”
Aku tidak percaya dengan apa yang diucapkan Lushan. Dia kembali mencoba merasionalitaskan perbuatannya.
“Aku tahu kau hanya mewajari segala jenis terror dan kekacauan seakan hal tersebut wajar terjadi. Sesungguhnya orang-orang besar yang memiliki kendali bisa mengubah ini semua jika mereka mau, tapi.. tapi kalian semua.. ketika kekuatan ada di tangan kalian, ketika itu juga kemanusiaan hilang dari diri kalian.”
“Mungkin..Aku tidak akan memungkirinya.”
Lushan tidak berusaha memberikan argumentasinya dan terus melangkah melewati ruangan berikutnya. Kali ini pemandangan yang aneh, lapangan yang berada di dalam kastil, sangat luas dan penuh dengan orang-orang yang digantung. Setelah pemandangan di luar, sekarang ini. Apa yang membuat mereka berbeda pikiriku, tapi timbulnya pertanyaan ini bukan dari perasaan kaget setelah melihat pemandangan diluar dan aku hanya di penuhi oleh rasa amarah. Aku hanya merasa dunia di masa depan hanya penuh dengan kekacauan moral, dan segala pemandangan ini merupakan generalisir dari segala kekacauan ini.
“Aku percaya kau belum tahu ini mendengar ucapanmu yang menolak segala apa yang kuperbuat Balthiq.”
“Apa? Kegilaan yang kau biarkan?”
“Tidak, bahkan aku sesungguhnya menghentikan budaya gila ini.”
Aku tidak mengerti apa yang Lushan berusaha ucapkan.
“Apa yang ibu suruh kau lakukan untuk mendapatkan sihirmu? Membalikan kartu? Apa kau pikir sihir begitu mudah didapatkan dengan cara demikian? Aku pikir juga ibu takkan tega menceritakannya padamu, sehingga dia terus menunda dirimu masuk dalam akademi sihir.”
“Lushan apa maksudmu?”
Lushan terdiam sambil memegangi kayu tempat eksekusi pegantungan dengan mayat yang masih tergantung di alat tersebut.
“Berapa kartu yang telah kau balik?”
Aku merasakan firasat buruk tentang ini.
“Aku tidak menghitungnya..”
“Aku melihatmu melakukannya setiap pagi, siang, dan malam. Setiap kartu yang kau balik, kau telah menentukan siapa yang akan digantung disini. Apa kau tidak sadar ketika aku melakukan sihir yang persis ibu lakukan, ibu bertanya tentang berapa orang yang telah kubunuh?”
Aku mulai sadar tentang apa yang Lushan katakan, tapi aku berusaha mengelaknya.
“Tidak mungkin..”
“Kau bahkan tidak sadar telah melakukannya. Kau telah membunuh ribuan manusia Balthiq..”
***
Aku ingat saat ibu kembali setelah ayah meninggal, dan mengetahui bahwa ibu merupakan ketua dari Liga penyihir kerajaan yang sangat disegani masyarakat. Aku ingin menjadi dirinya, keluar dari kenyataan bahwa aku merupakan setengah darah dari keturunan suku bar-bar yang jatuh menjadi masyarakat kalangan bawah. Ketika aku memintanya mengajariku, raut muka ibu berubah, dia seakan berbicara padaku bahwa yang ia lakukan adalah perbuatan buruk.
“Kau tahu apa yang penyihir lakukan? “
“Ibu mampu mengalahkan musuh kerajaan seketika bukan?”
Ibu saat itu memandangiku serius, seakan ucapanku sama sekali tidak memiliki maksud mendalam.
“Aku membunuh Balthiq, tidak lebih dari itu. Apa yang kau ucapkan seperti mengalahkan musuh, membawa kemenangan adalah kabut yang memisahkanku dengan definisi buruk tersebut, tapi pada kenyataannya hal tersebut tidaklah berbeda.”
“Tapi kau melakukannya demi melindungi kita bukan? Dari invasi bangsa Tatar dari utara, invasi orang barat, dan dari invasi dari laut.”
Ibu saat itu tersenyum, seakan dia mulai mewajari keinginanku.
“Ya, aku berusaha melindungi kalian. Aku harus meninggalkan ayahmu juga demi melindungi orang-orang yang kucintai dari ancaman. Itu alasanku Balthiq, dan apa kau memiliki orang yang ingin kau lindungi?”
“Lushan?”
Aku terlalu polos saat itu, dan hanya berpikir untuk melindungi adikku yang tidak berdaya. Tapi pernyataan itu sudah cukup bagi ibu, dan dia memberikanku kartu.
“Ambil kedua kartu ini, dan pilih salah satu kemudian berikan padaku. Lakukan ini terus, dan berikan padaku kartu yang kau pilih.”
Aku berpikir bahwa hal tersebut sungguh mudah untuk kekuatan yang luar biasa. Tapi raut muka ibu berubah menjadi sedih.
“Kenapa kau sedih ibu?”
“Karena kau akan memiliki tanggung jawab yang besar Balthiq. Ketika kau membalikan kartu itu, kau telah memegang tanggung jawab masyarakat banyak di punggungmu.”
Aku tidak mengerti ucapan ibu, dan hanya berpikir bahwa ketika diriku memiliki kekuatan maka aku memiliki tanggung jawab yang besar, tidak lebih dari itu. Saat ibu memberikan kartu tersebut ketanganku, jariku terselip dan kartu tersebut berjatuhan di tanah. Aku tertawa konyol sambil mengambil kartu yang berjatuhan di tanah tersebut, dan ketika itu aku menatap ibu.
“Ibu?”
Yang kulihat dari muka ibu adalah pandangan horror terhadap diriku, dan kini aku tahu bahwa aku telah melakukan tindakan yang sangat mengerikan,.
***
“Tidak mungkin..”
“Yang terjadi-terjadilah Balthiq. Ruangan selanjutnya merupakan tempat ibu.”
Aku berjalan, tapi akhirnya tidak mampu menahan tangisku. Setelah aku mengutuk perbuatan Lushan kini aku bertanya pada diri sendiri, apakah diriku tidak lebih baik dari Lushan? Aku melakukan hal tersebut secara tidak sadar, dan aku bisa merasionalitaskan apa yang telah kulakukan dengan hal tersebut, memaksa alam bawah sadarku menerima kenyataan ini seakan diriku tidak bertanggung jawab. Aku berusaha meyakinkannya dalam hatiku, akan tetapi dari sisi lain tetap merasa ada yang salah. Aku terus berpikir saat itu.
“Aku sesungguhnya benci tempat ini.”
Aku melihat lorong, penuh dengan tentara yang berhenti langkahnya menuju pintu di ujung lorong ini.
“Peristiwa ini terjadi sebelum aku membantai seluruh penyihir di tempat ini. Setelah kau mati, Ibu menjadi posesif dengan kekuatan yang mampu mengontrol manusia, dan hal ini membentuk pemerintahan tirani yang dipimpin oleh anak kaisar yang dikontrol oleh pamannya. Ibu berhasil menculik saudara Roxanna, Sen, dan menciptakan sihir barrier yang dinamakannya langit besi yang mengontrol manusia melakukan sesuatu yang sudah di tetapkan oleh kerajaan. Otak mereka akan terasa meledak ketika mereka menolak, dan pasukanku otomatis lumpuh ketika memasuki barrier tersebut.”
Sen? Saudara Roxanna? Langit besi? Lushan menjelaskan sesuatu seakan aku mengerti situasi saat itu, dan penjelasannya terdengar absurd ditelingaku. Inti dari penjelasannya adalah, ibu melakukan sihir yang sungguh buruk dari pandangan Lushan.
“Uniknya aku tidak terpengaruh, mungkin ibu sengaja membuatnya demikian. Aku segera diam-diam merencenakan untuk membunuh ibu..”
“Membunuh ibumu sendiri?”
“Karena dia sudah berlebihan Balthiq, seseorang harus menghentikannya.”
Lushan kembali melanjutkan perjalanannya dan membuka pintu.
“Oh tuhan..”
Aku melihat ibu, penuh dengan darah di lantai, lalu terdapat Lushan yang berdiri didekat ibu. Apa yang dia lakukan? Saat itu aku tersadar bahwa lenganku bercahaya terang.
“Aku berhasil mengalahkan ibu, akan tetapi pasukan sudah mengepungku. Kematian menungguku, dan ibu menyuruhku..”
Lushan menghentikan bicaranya, dan ketika kuperhatikan baik-baik, aku bisa melihat Lushan memakan ibu. Ya, dia memakannya seperti binatang buas, mencabik-cabiknya dan ibu berteriak kesakitan saat itu.
“Lushan.. tidak mungkin..”
“Aku memakannya Balthiq, bahkan aku tidak sadar apa yang kulakukan.”
Aku memegangi baju lushan dan mendorongya. Amarahku memuncak tidak terima dengan apa yang Lushan lakukan.
“Kali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatanmu Lushan!”
“Lihatlah matamu Balthiq, lihatlah. Kau tidak berbeda dengan Roxanna, kemarahan tersebut seakan kau bisa kapan saja membunuhku.”
Aku tersadar bahwa amarah sudah menguasaiku, dan tanpa sadar aku kini berusaha mencekik Lushan. Saat itu juga aku sadar bahwa Lushan selama ini memalingkan wajahnya dariku, dan yang kulihat adalah muka Lushan yang penuh dengan rasa penyesalan. Dia seakan menerima apapun yang kulakukan padanya, mencekiknya maupun memukulnya.
Saat itu aku semakin sadar bahwa sinar di tanganku begitu menyilaukan, dan muncul suara dari tanganku.
“Lushan... hentikan..”
“Ibu?”
Aku melepas leher Lushan, dan melihat Ibu. Dari kejauhan, tangan ibu yang terkoyak lepas memperlihatkan corak yang bersinar. Aku segera berlari panik mendekati ibu.
“Ibu!!”
Aku berlari menuju kearahnya sampai akhirnya sadar terdapat barrier yang menghalangiku.
“Balthiq.. itu hanya ingatanku..”
“Tidak Lushan! Dia..Dia Ibu!! Aku tidak tahu bagaimana, ibu menyatu dengan pikiranmu.”
Ketika itu aku sadar raut muka Lushan berubah drastis ketika aku mengucapkan hal tersebut. Matanya melotot, giginya bergetak hingga keluar darah dari mulutnya, dan ketika itu juga dia berlari ke arah ibu.
“Tidak, tidak, tidak, tidak!!!”
Dia mendobrak barrier tersebut, dan terpental. Raut muka Lushan penuh dengan ketakutan, dan baru pertama kali aku melihat raut muka seperti itu.
“Aku, aku tidak ingin hal ini terjadi lagi.. Aku tidak ingin ibu merasakan rasa sakit ini lagi, aku mengingat ekspresi itu, mengerikan, sungguh mengerikan. Tidak, tidak, tidak, oh tuhan..”
Kembali dia berlari dan terpental. Aku semakin sadar bahwa badan Lushan terlihat retak setiap kali dia berusaha mendobrak barrier tersebut.
“Aku telah melakukan hal yang mengerikan, sangat mengerikan, semuanya atas keputusanku. Sesungguhnya aku tidak sadar sampai akhirnya mayat-mayat tersebut sudah tertusuk dalam tiang-tiang, ketika manusia tersebut sudah terkuliti, ketika jutaan manusia telah mati, dan ibu..”
Dia kemudian mendobraknya lagi, namun tidak sekalipun barrier tersebut bergeming kecuali badan Lushan yang semakin hancur.
“Lushan hentikan!”
“Kau tahu, aku tertawa dan berkata bahwa apa yang kurasakan kepada ibu.”
Lushan terpental lagi, dan kini tangannya kirinya hancur.
“Aku melakukannya demi wanita tersebut, Roxanna.. dan dia mati. Aku terus melakukannya, dan terus begitu saja karena aku yakin bahwa apa yang kulakukan tidak sia-sia, demi masyarakat yang telah mengorbankan nyawanya, demi nyawa Roxanna.. Lalu akhirnya apa ketika aku kembali dengan penuh harap kepadanya? Dia membuangku begitu saja.. Aku bahkan gagal membawa mimpiku..Apa yang telah kulakukan?”
Kini tangan kanannya.
“Lushan cukup..”
“Aku mati oleh anakku sendiri”
Kini sebagian rusuk kirinya.
“Cukup..”
Aku memeluknya, aku tidak tahan melihatnya.
“Jangan hentikan aku Balthiq.. Sampai aku hancur berkeping-keping..”
“Tidak.. aku sadar Lushan, bahkan aku tidak lebih buruk dari kau.”
Aku memeluk Lushan erat hingga akhirnya dia menyerah untuk menghancurkan dirinya menjadi serpihan kecil.
“Kau yang telah melakukan tindakan demi mimpimu, hal-hal mengerikan tersebut, kau yang sadar dan menyesalinya dan bahkan dihantui oleh rasa penyesalan. Kau berusaha untuk mewujudkan mimpi Roxanna, membawa beban tanggung jawab masyarakat di pundakmu sendirian, dan karena itu kau melakukan hal mengerikan ini. Aku.. mempelajari sihir demi melindungi orang-orang yang kusayangi, dan lebih buruknya bahkan aku tidak tahu terdapat ribuan orang yang mati karenanya dan tidur dengan perasaan tenang. Aku.. yang tidak pernah menyesali dan hanya bisa mengutuk kekacauan ini, benar-benar munafik.. Aku tidak lebih baik dari dirimu..”
“...”
Lushan hanya terdiam, dia mendengarkanku bicara dalam tangisnya.
“ Penyesalan tersebut yang berasal dari masa depan, dan kau yang kembali ke masa lalu. Apapun yang terjadi, hal itu belum terjadi. Bagaimana kesadaran Lushan di masa ini mengorbankan dirinya demi perubahan di masa depan.. aku tidak akan membiarkanmu hancur Lushan.. Aku.. akan mendukungmu, ibu juga pasti akan berkata demikian.. Maka *hiks* kau tidak sendirian lagi Lushan..”
Aku memeluk Lushan dan menangis. Entah mengapa aku merasakan perasaan Lushan yang sendiri dengan tanggung jawab yang sangat besar pada dirinya. Tragedi, ironi, ketakutan, dan segala bentuk negatif yang di pendam sendiri, dan aku tidak bisa melihat cara lain selain kegilaan untuk bisa melewati jurang depresi tersebut. Aku tidak berhak menilai Lushan yang kini berusaha mengubah semuanya, dan bahkan seharusnya aku berusaha mendukungnya.
“Balthiq..”
Saat itu tiba-tiba terdapat sinar yang memenuhi diriku, dan aku sadar bahwa Anima ku kembali. Saat itu juga terdapat ide dan entah bagaimana aku mengerti mantra yang tiba-tiba muncul dalam benakku.
“Lushan, aku merasakan kekuatanku kembali, dan sepertinya aku mengerti bagaiman acara mengeluarkan ibu.. Kau.. tidak perlu khawatir.”
Aku membacakan mantraku, dan seakan fisik kesadaranku berubah menjadi ruh. Aku melangkah melewati barrier, dan berhasil melewatinya.
“Bal.. Kakak!!”
Lushan memanggilku, dia memanggilku dengan sebutan kakak, bukan lagi Balthiq.
“Terima kasih..”
Dia tersenyum kearahku seakan dirinya mendapatkan harapan baru. Akhirnya dalam pandanganku, aku memaafkan perbuatannya. Seburuk-buruknya manusia pantas mendapatkan kesempatan kedua, dan kenyataan bahwa diriku tidak lebih buruk darinya, dan masyarakat yang mampu mendorong pemimpinnya melakukan hal keji, tak ada yang bisa disalahkan selain dunia ini sendiri, dunia yang penuh dengan kekacauan, dan moralitas yang penuh dengan ambiguitas.
“Ibu!”
Aku segera menarik kepalanya, dan ibu keluar dari jasad tersebut. Dia memandangiku tidak percaya, aku melihat terror dalam matanya.
“Kakak? Balthiq? Kau bisa mendengarku?”
Suara adik ibu terdengar dari langit, Ibu tidak bisa menjawabnya dan bibirnya bergetar seakan dirinya benar-benar shock dengan apa yang terjadi. Aku sangat khawatir dengan keadaan ibu, dan memutuskan untuk menyudahi ini semua.
“Ibu..Bibi, bagaimana cara keluar dari sini!”
“Apa yang terjadi disana?”
“Aku akan menceritakannya setelah keluar, ibu dalam keadaan gawat.”
Saat itu adik ibu menyuruhku mengikuti mantranya. Kemudian semuanya perlahan menjadi gelap, dan ibu saat itu mendekatkan mulutnya ke telingaku.
“Balthiq..”
“Ibu?! Apa kau baik-baik saja?”
“Lushan..Lushan..”
Suara ibu benar-benar dipenuhi oleh ketakutan.
“Aku harus membunuh Lushan..”
Ibu mengucapkan hal tersebut dengan mata penuh ketakutan, mulutnya bergetar, dan aku tidak percaya dengan apa yang ibu ucapkan. Apakah ini reaksi wajar dari ibu karena dia masuk kedalam bagian paling mengerikan dalam memori Lushan, kematiannya sendiri dengan cara yang mengerikan. Apakah ceritaku mampu mengubah pandangan ibu?
“Ibu dengarkan, aku..”
Sebelum aku selesai mengucapkan ucapanku, akhirnya dunia menjadi benar-benar gelap, namun aneh, gelap ini terasa begitu lama, aku merasa belum benar-benar keluar dari pikiran Lushan.
***
Gelap, dan aku mulai ketakutan. Aku tidak lagi merasakan tangan ibu, dan begitu sunyi. Apa aku kembali keruangan tersebut? Tidak mungkin..
Tenang Balthiq, sebentar lagi kau akan kembali..
“Kau Balthiq bukan?”
Eh?
Tiba-tiba saja aku berada di ruangan putih. Kali ini di hadapanku bukan Lushan, dan tidak ada ibu disebelahku.
“Tenang saja, kau akan kembali setelah ini. Aku hanya ingin kau mengantarkan pesan ini kepada Lushan.”
Sosok di depanku, aku merasakan keanehan saat melihatnya. Aku tidak bisa mendefinisikan, mukanya seperti mosaik yang tidak tersusun secara rapih, dan warna baru yang tidak bisa kunalarkan. Apakah sosok ini dewa yang menjalankan kontrak dengan Lushan?
“Siapa kau?”
“Aku tidak penting Balthiq.. aku bukan sesuatu yang kau akan kenali. Untuk dimana, ini bukanlah tempat yang akan kau jelajahi untuk kedua kalinya. Hei, aku sudah mengatakan ini 2 kali! Pertama kepada adikmu, dan kau!”
Dia berkata dengan nada yang absurd.
“Ah, pesanku kepada Lushan.. Kenapa kau memotongku berbicara! Kau bisa cepat kembali dan bertemu ibumu yang sepertinya kehilangan kewarasannya setelah aku selesai bicara. Aku hanya ingin kau menyampaikan ini pada Lushan..”
Saat itu tiba-tiba firasatku mengatakan bahwa apa yang dia ucapkan adalah berita buruk.
“Dia tidak sendirian Balthiq, dia bukan satu-satunya anomali di dunia ini. Aku penuh dengan gairah melihat perkembangan cerita ini.”
“Maksudmu apa? Apakah kau dewa?”
Ruangan tiba-tiba gelap secara perlahan, tapi aku masih banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan pada sosok misterius ini. Dia pasti yang menyebabkan segala keanehan ini!
“Hei, apakah kau yang membawa Lushan kembali ke masa ini.”
Dia tidak menjawab dan melangkah menjauh mendekati kegelapan.
“Hei!!”
Akhirnya seluruh ruangan menjadi gelap, dan aku kembali ke dunia nyata.
***In The Eyes of Balthiq end***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar