Roxanne (part 1)
by Reza Pratama Nugraha
Di kegelapan ini, pikiranku melayang di antara ruangan yang hampa.
Aku masih tidak sadarkan diri, dan sekarang kesadaran lainku terus berpikir akan pesimisme dan sifat paranoidku atas masa depan. Kini aku mengkacaukan salah satu proses penting dalam hidupku yang nantinya pasti akan berdampak pada masa kejayaanku. Aku begitu takut akan perbuatanku, tapi entah mengapa hati ini malah tidak sesuai dengan pikiran paranoidku, dia begitu senang seakan diriku telah melakukan hal yang benar ataupun kesempatan kedua ini memiliki harapan yang besar hingga aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Apakah aku senang ketika kakakku selamat? Aku kembali mengingat masa lalu dimana aku dihantui oleh kenangan kakak, dan juga dihantui oleh terror, dimana kematian kakak berulang kali terjadi di dalam mimpiku. Ketika itu, perasaan sedih dan terror nyatanya mulai menghilang seiring waktu dan bahkan sirna ketika banyak kematian yang kemudian melewati masa hidupku.
Lalu apa yang membuatku benar-benar senang atas kesempatan kedua ini?
Ah, tentu saja! Dia yang merupakan satu-satunya harapanku kini, kenapa aku bisa seketika melupakannya? Apa karena ingatanku masih kabur akan masa depan?
Roxanna masih hidup pada masa kini.
Senyumnya, rasa hangatnya, suaranya, dan tatapannya yang begitu memukau, aku bisa merasakannya kembali.
Begitu juga sedih dan putus asa yang mungkin membuatku lupa padanya karena 'dia' yang menusukku dari belakang, anakku sendiri yang merupakan pengganti harapan ibunya. Tapi kini bahkan anakku sendiri belum lahir, dan Roxanna masih hidup dan muda.
Ya, cukup dengan ini aku bisa merasakan optimisme yang kembali membakar semangatku, kini impianku akan benar-benar terwujud dan aku tidak sabar untuk keluar dari kegelapan ini..
...
Namun sebelumnya, aku kembali mencoba mengingat pertemuanku dengan Roxanna, lumayan lama dari tahun ini dimana aku kembali sampai aku bisa bertemu dengannya. Saat itu pertemuan kita mungkin merupakan hal yang paling tragis dalam hidup Roxanna, dan diriku yang dalam puncak kenaifanku, yaitu di hari-hari sebelum diriku membrontak.
***
Jauh setelah hari dimana kakak meninggal, aku menjalani sebuah perjalanan hidup yang keras dalam mengejar impianku hingga sampai pada pertama kalinya seorang ras bar-bar bisa menjadi seorang tangan kanan Kaisar. Ketika itu diriku begitu muda untuk seseorang yang telah mendapatkan gelar jendral perperangan yang rata-rata dimiliki oleh orang yang sudah ditempa ratusan perang dalam hidupnya.
Nyatanya memang benar kata ibu, bahwa ilmu pengetahuan sungguh berperan penting dalam berbagai hal yang bahkan mampu menandingi pengalaman seseorang yang telah mengalami ratusan perang, dan Kaisar mengakui kemampuanku dan bahkan impianku. Dia lalu memberikanku gelar juga pangkat sebagai tangan kanannya, dimana aku memiliki kuasa untuk menggerakan kerajaan dari balik layar.
Namun beberapa lama kemudian, aku menyadari bahwa terdapat tembok besar yang menghalangiku, yaitu kelompok-kelompok politik seperti para mentri dan penasihat yang mampu memboneka-kan Kaisar. Bahkan segala hal yang kulakukan pada akhirnya akan sia-sia dengan keberadaan mereka.
Mereka bagai parasit, ataupun tikus, tidak peduli tentang kejayaan kerajaan maupun masyarakat, dan hanya memikirkan diri mereka sendiri dalam jabatan, kekayaan, wanita, dan sebagainya. Asalkan masyarakat tidak melawan, itu sudah cukup bagi mereka untuk berfoya-foya! Hal-hal keputusan kaisar maupun diriku yang membuat kesenangan mereka berkurang akan dilawan dengan pendapat-pendapat yang irasional, dan pembenaran-pembenaran atas pendapat mereka tersebut. Hal-hal tersebut benar-benar membuat mereka lebih rendah dari binatang sekalipun.
Kemudian aku mulai berpikir, dan pikiran ini mulai menghantuiku. Apakah dengan sistem negara yang sudah begitu korup ini masih terdapat solusi didalamnya? Kaisar sepertinya sudah memulai rencananya, tapi apa yang tak bisa tercium oleh mereka para mentri dan penasihat yang licik tersebut?
Apa aku berkhianat saja? Melakukan pembrontakan dan membangun kerajaan ini dari awal? Aku memiliki pengaruh yang besar dan bisa membangun pasukan yang mampu melawan kerajaan dinasti tang ini.
Saat itu kuurungkan niatku. Kaisar begitu baik padaku, dan aku tak ingin menghancurkan hatinya. Kenaifanku kembali mengkontrolku untuk terus berharap pada kerajaan ini, hingga akhirnya para mentri tersebut memperlihatkan taringnya.
...
"Wahai Kaisar yang agung, hamba merasa bahwa keputusan paduka untuk meresmikan hubungan kaisar lewat pernikahan dengan keluarga dari suku bar-bar akan menurunkan derajat dengan mengkotori kemurnian darah kita sebagai keturunan para Mahadewa. Kita masih mensetujui tentang engkau yang menjadikan suku bar-bar sebagai tangan kanan karena pontensialnya, namun sebagai keluarga? Wahai kaisar pikirkan kembali"
Salah satu penasihat mengkritik keputusan kaisar dengan duduk memohon sambil menundukan wajahnya.
Ketika itu diriku duduk di sebelah kaisar, dan aku bisa melihat raut wajah Kaisar yang memerah marah. Aku segera mencoba mewakilkan kemarahan tersebut karena Kaisar yang tak kunjung berkata apa-apa.
"Begitu tidak sopan engkau wahai penasihat Yan Fei, bagaimana mungkin kau berani mengkritik keputusan kaisar akan keluarganya yang sebenarnya ia lebih mengerti tentang urusan ini daripada kau sendiri!"
"Ayah.."
Tiba-tiba dalam keadaan yang memanas ini, anak dari kaisar berkata dengan muka memelas sambil menarik-narik jubah ayahnya.
"Aku juga tidak setuju dengan keputusan ayah menikahi bangsa bar-bar itu walau kau sudah berhubungan dengannya sejak lama"
"Diam kau anak bodoh"
"Agh! Ayah.."
Kaisar menampar satu-satunya anak dari dirinya, Jou Lun, yang selalu duduk di sampingnya untuk belajar mencontoh ayahnya dalam membuat keputusan.
"Pertama maafkan tentang sifat lantang anakku, dia terlalu kumanjakan sehingga berani berbicara melawan kehendakku,"
Dalam keadaan itu, aku melihat salah satu mentri, Sou Lun yang merupakan paman dari Kaisar tersenyum sinis melihat ditamparnya Jou Lun. Dia seperti melihat kesempatan pada momen ini, dan aku dapat menciumnya dengan jelas.
"Yan Fei saudaraku, sesungguhnya aku melakukan ini untuk menyatukan bangsa bar-bar yang berpotensi mampu untuk menyerang kita menjadi satu kekuatan dengan kita. Ingatlah bahwa kemenangan sejati tidak dimenangkan dengan perang, namun dengan tindakan yang bijaksana dan damai seperti pernikahan ini. Lalu mengenai darah, sesungguhnya aku lebih tau tentang apa yang kulakukan persis seperti apa yang dikatakan An Lushan, dan sekali lagi kau ataupun kalian sampai menyinggung permasalahan ini, akan kuanggap sebagai bentuk pengkhianatan, walau itu merupakan saudaraku sendiri!"
"Baik paduka, maafkan hambamu ini"
Yan Fei segera menundukan kepalanya, namun ia tidak duduk kembali pada tempatnya melainkan pergi menuju keluar pintu. Ketika itu juga, Sou Han dan kelompok politiknya turut hormat dan keluar dari pintu kerajaan.
Saat itu, mereka menunjukan kepasrahan mereka pada keputusan Kaisar, namun tidak menghormati keputusan tersebut. Sayangnya, kaisar seperti sudah terbiasa dengan etika buruk ini, dan membiarkan hal itu terjadi begitu saja.
"Kaisar, mohon maaf untuk mengajak paduka berbicara dalam situasi yang tidak menyenangkan ini, namun hamba.."
"Aku tahu, kau juga menciumnya bukan? Mereka merencanakan sesuatu."
Ketika itu Kaisar memberikan kipasnya padaku, menandakan bahwa dia memberiku kuasa penuh atas pasukan elitenya.
"Sepertinya kita sudah terlambat beberapa langkah dari mereka.. Aku hanya bisa berharap padamu Lushan."
"Baik paduka."
Ketika itu aku segera merasakan firasat buruk mendengar ucapan kaisar akan tertinggalnya kita dalam beberapa langkah seakan sebuah konspirasi besar sedang berjalan untuk menjatuhkan kita berdua. Tatapan kaisar begitu serius, dan aku tahu bahwa dia sudah menduga sesuatu, dan kini aku harus segera menghentikan pergerakan politik agresif ini, dan kalau bisa, membuat mereka yang berkomplot membrontak Kaisar untuk dihukum mati, dan membuat kerajaan ini bersih dari tikus-tikus licik tersebut.
***
Dengan kekuasaan yang diberikan Kaisar, aku segera menyuruh seluruh pengintai untuk memata-matai kelompok politik dari Sou Lun.
Saat itu aku sendirilah yang akan berbicara dengan Sou Lun secara langsung karena Sou Lun sebagai keluarga kaisar memiliki penjagaan yang sama elitnya dengan kaisar, membuat pertahanan dirinya tidak dapat ditembus kecuali aku bertemu dengannya langsung secara resmi di dalam kediamannya di komplek kerajaan.
...
"Selamat datang An Lushan, bagaimana rasanya menjadi seorang yang menggerakan kerajaan ini dari belakang layar? Sudah berapa banyak nyawa yang kau hilangkan demi kenyamanan dalam tidur Kaisar yang resah akan nyawanya?"
Sou Lun berkata demikian sambil tersenyum, seakan cara bicaranya yang begitu tajam menyindir merupakan lawakan yang biasa dia lakukan.
"Perkataan yang sungguh tajam Sou Lun, aku tak menyangka kau bisa melawak dengan sindiran seperti itu"
"Hei hei, kita sudah sering bicara bukan? Minum dulu tehmu"
Sou Lun menyiramkan teh ke gelas di depanku. Ketika itu aku tentu mengira ada sesuatu di teh tersebut, namun tidak meminumnya juga merupakan hal yang melawan etika, hal ini membuatku terdiam didepan teh mencari alasan untuk tidak meminumnya.
"Tidak ada racun di teh tersebut.. Aku tahu kau mengira sesuatu padaku sampai mau mengunjungiku malam ini. Begini saja, aku akan menceritakanmu sebagian dari rencana yang sebenarnya memang sedang terjadi."
"Heh, jadi kau ingin mengajakku dalam konspirasimu?"
"Benar sekali Lushan, aku tahu kau lebih baik dari ini."
Ketika itu aku segera menengguk teh seakan aku tertarik dengan tawarannya.
"Sudah percaya padaku? Baiklah, tentu kau tahu bahwa kami ingin menjatuhkan Kaisar dari kursi kekuasaannya. Kami tahu bahwa pernikahannya dengan suku bar-bar merupakan pergerakan politiknya untuk mendapat keturunan penyihir, dan bahkan dia sudah memilikinya. Kaisar berencana untuk memandulkan fungsi kementrian dengan menciptakan kekuatan absolutnya."
"Roxanna, dan Sen bukan? Bukankah mereka masih kanak-kanak? Kupikir Sen sang adik masih berumur 13 tahun,"
"Ya, sang kakak tidak memiliki jiwa yang kuat untuk memakai sihir sehingga dia tidak diperbolehkan memasuki akademi sihir, tetapi adiknya lah yang menjadi sumber bahaya wahai Lushan. Info kami mengatakan bahwa terdapat sihir yang begitu kuat yang hanya bisa muncul dari keturunan Kaisar yang memiliki darah dewa dengan campuran darah bar-bar yang mampu menggunakan sihir ini. Kekuatan absolut yang membuat langit mampu mengintai dan mengkontrol masyarakatnya, dan tentunya kami para mentri."
"Mengerikan.."
Saat itu aku begitu kaget dengan info ini, namun entah mengapa semuanya mulai masuk akal. Kaisar tidak pernah berbicara apapun soal rencananya, namun sebagai tangan kanannya aku mengetahui bahwa dia begitu tertarik pada penelitian akademi sihir, yaitu 3 sihir terlarang yang tidak bisa digunakan penyihir biasa, dan tak kusangka mereka telah menemukan salah satu kriteria untuk menggunakan sihir ini.
Mungkin Kaisar telah putus asa tentang masa depan dinasti tang ini, namun tentu aku tidak setuju dengan Kaisar yang menggunakan kekuatan absolutnya, karena kekuasaan tersebut rentan sekali korup. Sihir yang Sou Lun katakan jika disalah gunakan bisa menciptakan dunia yang mengerikan, dunia dimana hak-hak asasi manusia tidak lagi berlaku, dan segalanya dipegang oleh pemerintahan, ataupun seorang kaisar sendirian.
"Mengetahui ini, kau akan ikut dengan kami bukan?"
"Tidak, aku akan berbicara dengan Kaisar perihal ini.. Dia pasti akan mendengarkanku!"
"Sungguh naif.. Sepertinya memang sudah sifatmu Lushan. Baiklah jika demikian, kami tidak akan memaksamu. Tapi kupikir semuanya sudah terlambat wahai Lushan. Bagaimana jika kau minum teh bersama kami, dan menunggu kabar beberapa jam lagi di tempat ini."
Sou Lun terseyum kemudian meminum tehnya. Ketika itu aku menyadari bahwa rencananya sudah dimulai malam ini, dan kita begitu telat untuk menyadarinya.
"Apa yang kau rencanakan Sou Lun.."
Tiba-tiba salah satu pendampingku yang merupakan penyihir mendapati telepati, dan membisikannya padaku.
"Paduka, terdapat telepati yang mendapatkan info bahwa mereka merencanakan penyerangan di tempat keluarga kaisar yang baru, dan bahkan malam ini rencana tersebut akan segera dieksekusi. Kami menunggu intruksimu"
"Jadi sudah ketahuan? Apa kau bisa menghentikannya Lushan?"
"Kenapa menyerang keluarga kerajaan? Bukankah segala tuduhan akan mengarah padamu juga kelompok politikmu?"
Sou Lun hanya tersenyum dan kembali menyeduh tehnya.
Mengetahui bahwa diriku tidak akan mendapatkan jawaban, segera aku berlari keluar menuju kudaku dan menyuruh pendampingku untuk mengintruksi pasukan elit untuk melakukan tindakan penyelamatan.
Ketika itu aku menyadari bahwa terdapat kabut yang membuyarkan apa yang kini tengah terjadi, dan bahkan diriku sendiri tidak menyadarinya, Kaisar yang berencana untuk menggunakan kekuatan sihir sebagai mesin penggerak kekuasaan, dan para mentri yang melakukan konspirasi perebutan kekuasaan yang masih misterius hingga kini.
***
Keluarga Kaisar yang baru diletakkan jauh dari komplek kerajaan karena mereka yang bukan berdarah resmi kekaisaran. Walau demikian kita hanya butuh beberapa menit untuk sampai pada lokasi tersebut, dan perbedaan menit tersebut begitu besar akibatnya, dimana pembantaian telah terjadi ketika kita memasuki kediaman keluarga kaisar, dan saat itu pasukan pembunuh bayaran sedang mencari sesuatu di tempat ini.
"Bunuh mereka, namun sisakan satu. Kita harus tahu sebenarnya apa yang mereka cari, lalu siapa yang menyuruh mereka"
Ketika itu mereka yang mengetahui keberadaan kita segera melarikan diri, namun penyihir dari pasukan elit sudah menyegel tempat ini. Lalu dengan mudahnya kita membunuh mereka seakan mereka bukanlah pasukan pembunuh elit, dan kini membuatku berpikir bagaimana caranya mereka bisa menembus penjagaan ketat di kediaman ini yang sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan tempat tinggal kaisar?
"Kaisar, kita telah mendapatkan satu saksi. Saya sudah menyegel nya agar tidak menggigit lidahnya sendiri"
"Buka topengnya!"
"Jendral Lushan!!"
Saat dibuka topeng pembunuh tersebut, baru kusadari bahwa aku menyadari siapa mereka semua.
"Kau, aku mengenalmu.."
"Dulu hamba adalah bawahanmu di militer jendral.. Ketika perang usai tidak ada lagi uang yang mengalir pada kami, lalu sebagian dari kami bekerja sebagai warga biasa, namun kami tahu bahwa tanpa menebas pedang kita tidak akan pernah puas.. Ketika itu mereka menawari kami pekerjaan ini.."
"Siapa mereka wahai prajuritku"
Ketika dia ingin menjawab, tiba-tiba darah keluar dari mulutnya, seakan mencoba menutupi rahasia yang tengah ia bocorkan.
"Paduka, sepertinya dia sudah terikat kontrak sihir.. dan sepertinya juga ketika ia tertangkap, kontrak akan segera memutuskan jiwanya"
"Tunggu.. wahai prajuritku, akan kuberikan engkau kematian yang terhormat, namun beritahu apa yang sebenarnya tengah engkau cari?"
"Fragmen.. agh!"
Belum sempat berkata apa yang dimaksudnya tiba-tiba darah keluar lagi lebih banyak dari mulutnya, dan jelas bahwa kematian kini sudah menghampirinya dari tatapannya yang kini kosong.
Kini akhirnya kita kembali dalam kegelapan, dimana aku hanya mengetahui bahwa mereka ingin menjebakku dalam masalah pembantaian. Aku bisa mengelak dan kaisar pasti percaya padaku, serta kesaksian prajuritku, tetapi pastinya terdapat beberapa langkah lagi yang sudah direncanakan jauh oleh Suo Lun.
"Paduka, kami menemukan keluarga kaisar yang masih hidup!"
"Syukurlah!"
Harapan kembali muncul ketika itu, dengan adanya keluarga kaisar yang masih hidup, setidaknya hal ini merupakan hal yang tidak mereka duga dimana terdapat kesalahan dalam rencana mereka, dan juga kedatangan kita menjadi tidak sia-sia dengan ini.
...
"Jangan bunuh adikku kumohon!"
"Tuan putri.. kami bermaksud menolong anda"
Ketika itu teriakan seorang wanita terdengar dari kejauhan, dan kami segera berlari menuju lokasi. Didalam lokasi tersebut terdapat wanita yang ditutupi matanya dengan kain bersembunyi dibawah alas kayu yang sempit sambil menutupi kedua telinga adiknya yang sepertinya sedang tertidur.
Di antara tempat persembunyian tersebut terdapat banyak mayat yang sepertinya merupakan pelayan maupun keluarga dari kedua gadis ini. Ketika itu kami sadar bahwa kedua gadis ini adalah Roxanna dan Sen adiknya, dua orang paling krusial dari peristiwa ini.
"Paduka, sepertinya sang adik tertidur karena pengaruh sihir.."
"Roxanna dan adiknya Sen? Mereka anak kaisar yang pasti dicari oleh mereka. Syukur adiknya dalam keadaan tertidur, tapi pasti sang kakak sedang shock mendengar kematian orang-orang yang berada diluar persembunyian ini, lebih baik.."
Tiba-tiba Roxanna melepaskan adiknya, dan kini memohon padaku.
" Dia.. dia tidak bisa menggunakan sihir! Ya, dia tidak memiliki darah dari ibu..kau.. *hiks* membunuh kami karena kami bangsa bar-bar yang bisa menggunakan sihr bukan?"
Dia menangis sambil memohon, menarik jubah diantara bajuku. Sampai saat ini dia masih mengira bahwa kami adalah kelompok yang membantai keluarganya. Rasa shock akan peristiwa ini pasti telah menggelapkan telinga maupun matanya, dan tak ada cara lain selain memaksanya tak sadarkan diri.
"Penyihir buat dia tidur, kita tak punya waktu."
Mendengar itu Roxanna seketika panik, dan kembali memeluk adiknya. Penyihir sudah siap membacakan mantranya, dan Roxanna menatapku, seakan dia bisa melihat dari balik kain yang berada di matanya.
"Tidak! Aku tahu bahwa kami akan mati di tangan kalian, tapi demi alasan apa hingga kami merelakan nyawa kami begitu saja? Karena kami keluarga raja yang berasal dari darah bar-bar?! Apakah karena alasan konyol tersebut kalian membunuh kami?"
Tentu, hal ini pasti meresahkannya. Keluarganya, maupun dirinya pasti tidak tahu apa yang menimpa mereka kini. Entah mengapa begitu menyedihkan ketika melihat seseorang terbunuh dalam suatu panggung politik, dimana mereka terjebak dalam kisah yang mereka sendiri tidak tahu alasan mereka dimatikan. Untuk perkembangan kisah seperti apa? Apa keuntungan dari kematian mereka dalam kisah ini? Bahkan aku sendiri masih tidak bisa menerka tentang kisah apa yang terjadi di panggung konspirasi ini.
"Aku akan menjelaskannya padamu Roxanna, tapi kau terlalu buta untuk melihat kenyataan, dan telingamu sudah ditutupi oleh terror sehingga tidak bisa mendengar apa yang kukatakan. Penyihir cepat selesaikan mantranya, kita tak bisa lama disini."
Tiba-tiba roxanna membuka matanya yang ditutupi dengan kain. Matanya merah dan terlihat begitu aneh namun memukau. Aku bisa melihat jelas pantulanku di matanya seakan aku tepat berada di hadapannya.
"Begitu banyak darah yang bertumpahan di matamu Lushan, dan hal itu takkan selesai sampai disini.."
"Bagaimana kau tahu namaku?"
"Paduka!"
Kini dia mendekatiku, dan memegang wajahku. Seketika tubuhku membeku, di antara tangannya yang begitu hangat, dan bau harum yang keluar dari tubuhnya.
"Mengapa kau begitu sedih? Apakah dunia ini begitu menyedihkan? Ya, aku juga melihatnya seperti dirimu, aku juga mendengar teriakan itu.. Mereka yang mati tanpa tahu tujuan mereka di dunia ini, teriakan yang penuh dengan keputusasaan dan gadis itu juga mati didepan matamu, siapa dia wahai Lushan? Kakakmu? Mengapa dia menangis ketika kau bertanya padanya? Apa dia menyadari tentang apa yang telah ia perbuat? Merengut mimpi-mimpi yang belum terwujud tersebut?"
Dia berbicara seakan mengetahui apapun yang telah terjadi padaku, berbicara tentang sumber dari keputus-asaanku, dan hatiku memilu. Tiba-tiba air mataku keluar dari mataku dengan anehnya, dan dia ikut sedih menatap mataku.
"Cukup Roxanna"
"Ugh!"
Aku segera memukul perutnya dan membuatnya pingsan. Dia pasti telah menggunakan sihir untuk melihat masa laluku, dan apa yang terjadi ketika dia terus melihat mataku?
"Paduka.. apa kau baik-baik saja?"
"Penyihir apa dia menggunakan sihir padaku?"
Aku bertanya sambil mengelap air mata yang mengalir dari mataku.
"Tidak wahai paduka..! Maaf paduka, ada pesan dari kerajaan,"
Tiba-tiba muncul pesan dari Shi Shiming sahabatku yang kini berada di tempat kaisar untuk berjaga-jaga.
"Ada pesan dari Shi Shiming yang berkata bahwa Kaisar memohon pada paduka untuk menjaga kedua anak gadisnya, dan Kaisar sudah mempersiapkan langkah untuk melawan halauan politik ini, juga untuk membersihkan nama baik paduka."
Ketika itu memang cuman ini langkah terbaik. Kedua gadis ini yang terjebak dalam pertikaian politik harus dapat diamankan sampai mereka bisa digunakan. Saat itu aku sama sekali tidak mengerti apa yang akan dilakukan kaisar, dan untuk dapat menggunakan Sen sebagai kekuatan politik potensialnya membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan kami tidak bisa bersembunyi selama itu.
Namun saat itu, kenaifanku mencoba untuk mempercayai segalanya pada kaisar, dan memutuskan untuk bersembunyi di tanah Sulun, lokasi terpencil dekat dengan tanah Tujue.
***
Sudah 3 bulan kami berdiam di dalam persembunyian ini. Tanah tujue kini begitu sepi setelah pembrontakan masyarakat terhadap keluarga An, dan Sulun terkena dampaknya di antara anjloknya ekonomi di tanah ini.
Roxanna tidak pernah sekalipun berbicara padaku setelah kita ketempat ini dan Sen masih tidak sadarkan diri dan terus tertidur pasca kejadian karena sihir yang kuat telah mendiaminya. Untuk melepaskannya kita harus mendapatkan akses menuju akademi sihir dan meminta ketua penyihir untuk melepaskan mantra pengunci yang membuat anak ini tertidur.
Kini kita hanya bisa terdiam menunggu kabar dari kerajaan, sedangkan satu-satunya hal yang datang ketempat ini hanyalah makanan dan minuman yang bahkan beberapa bulan kemudian tidak lagi datang dan membuat kami harus membuat makanan kita sendiri.
Ketika itu aku sedang berada di ladang, dan tiba-tiba Roxana keluar dengan matanya yang sayu. Dia menatapku dengan tatapannya yang begitu aneh, dan tiba-tiba air matanya keluar.
"Lushan.. Ayah meninggal.."
"Kau berkata apa? Maksudmu kaisar.. tidak mungkin, belum ada kabar yang sampai kesini!"
"Aku baru saja berbicara padanya sebelum ia pergi menuju alam lain.."
Tentu saja ucapannya tidak bisa dipercaya, dan aku hanya bisa menganggapnya gila. 3 Bulan ini dia sama sekali hanya terdiam diruangan kosong dan tak ingin berbicara sama sekali denganku. Rambutnya berantakan dan kusam, dan tubuhnya begitu kurus karena hanya sedikit makanan yang ia makan.
"Dia berbicara bahwa kerajaan akan hancur, dan tidak ada yang bisa menyelamatkannya.. Dia menyuruhmu untuk menyelamatkan dirimu sendiri Lushan.."
"Cukup! Kau sudah gila Roxanna!"
Aku membuang cangkulku, dan segera duduk sambil memegang kepalaku. Menunggu adalah hal yang memuakkan, dan ditambah lagi dengan merawat orang gila.
Tapi.. bagaimana bila benar kaisar mati? Bagaimana dengan nasib kerajaan ini? Nasib rakyat, maupun nasib diriku sendiri? Mereka pasti sangat menginginkan kepala ini, dan beberapa hari lagi mereka akan menemukan tempat ini, yang wajarnya berada di dekat tanah Tujue tempat keluarga An dulu tinggal.
"Apakah kau akan menyerah Lushan? Meninggalkan kami dalam keterpurukan ini?"
"Eh.."
Kini dia duduk di sebelahku, tidak peduli bahwa ladang ini akan mengotori gaunnya yang terlihat begitu cantik walau tidak pernah sekalipun ia cuci. Anehnya, aku masih merasakan wangi yang kurasakan di kerajaan saat itu ketika dia begitu dekat denganku.
"Bagaimana rasanya membunuh Lushan?"
"Kenapa tiba-tiba kita membahas soal ini.."
"Aku tidak pernah berbicara padamu karena termenung dalam kesedihan setelah kejadian waktu itu, dan aku seperti melihat permukaan air dari betapa dalamnya dirimu. Bukankah lebih baik kita saling mengobrol satu sama lain?"
Dia menatapku, seakan mencoba berakraban denganku walau masih terdengar isak tangis di antara omongannya. Di antara perasaan putus-asa ini, rasanya memang momen ini tidak tepat untuk berbicara soal ini. Tapi tidak berbicara pada siapapun pasti telah membuatku stress dan tidak bisa berpikir secara jernih, dan pertanyaan secara jelas mempertanyakan filosofi ataupun prespektifku soal kekejian dunia ini.
"Manusia, cepat atau lambat pasti akan mati, dan mengingat hal tersebut, aku akan menganggap bahwa membunuh hanyalah mempercepat proses mereka ke tahap akhir tersebut."
Aku mengulang perkataan kakak padaku disaat dulu, dan sesungguhnya ucapan tersebut sebenarnya terdengar sangat bijak dan masuk akal.
"Aku tidak setuju dengan pendapatmu,"
Roxanna kini menatapku, dan dia seperti kembali membaca pikiranku.
"Kau sedih Lushan, setiap kematian yang kau ciptakan, kau selalu bertanya demi apa kematian yang kau ciptakan itu akan berdampak.."
Ucapannya kembali seperti menerawang perasaanku, tapi pada akhirnya aku tidak peduli lagi dengan kelebihan gadis ini.
"Ya, mungkin itu.. Aku selalu bermimpi bahwa mereka menarik badanku di tanah yang dipenuhi dengan darah, bertanya untuk apa mereka mati? Setiap kali aku membunuh seseorang, maka tanggung jawabku untuk membuat hidupku sendiri lebih berarti akan lebih berat.."
"Benar, tapi bagaimana dengan mereka yang berada di kerajaan tersebut? Kematian yang mereka ciptakan hanya bagai semut yang terinjak.. Mereka bahkan tidak bermimpi buruk seperti dirimu Lushan, yaitu kematian yang mereka ciptakan bukanlah tanggung jawab besar seperti apa yang engkau pikirkan. Kematian kadang untuk kesenangan mereka, seperti hobby dalam berperang yang setiap kali kau pimpin ketika menjadi jendral, menebas suku bar-bar yang tak mau tunduk bagai permainan memburu babi bagi mereka.. Membiarkan masyarakat sengsara dan mati kelaparan asal mereka masih bisa memakan makanan-makanan mewah yang sebenarnya dihasilkan dari masyarakat yang kelaparan tersebut. Membunuh para pembrontak yang ingin memprotes mereka yang semena-mena memimpin negara ini, membungkam mulut mereka sebelum api kemarahan tersebut meluas.. bukankah ini tidak adil bagi mereka yang mati dengan sia-sia demi memenuhi hastrat orang yang menganggap diri mereka setengah dewa?"
"Dunia ini begitu kejam Roxanna, bahkan mimpi tak bisa bernafas di dunia ini.."
Aku tahu hal tersebut, dan tentunya aku muak. Aku juga dulu hidup seperti masyarakat, dan sadar benar bahwa hidup merekalah yang membuat kerajaan mampu untuk hidup. Kini sistem monarki, strata, dan semacamnya hanyalah sistem sampah yang diciptakan orang-orang yang ingin membuat diri mereka merasa spesial dari orang lain sehingga mereka bisa hidup santai dalam kesenangan mereka sendiri. Persetan dengan keturunan dewa, mereka hanya orang biasa yang akan mati jika seluruh kemewahan tersebut direbut dari mereka. Bahkan dewa sendiri akan mengutuk keturunannya jika melihat perilaku mereka yang seperti babi, gemuk di antara lumpur yang memakan apa saja tanpa diarahkan etika dan adab.
"Aku bisa melihat api di matamu lushan, kemarahan, impian, harapan, dan kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut.."
"Hei, bukankah kau terlalu dekat?"
Kini dia mendekat mendekatkan dahinya padaku sehingga dahi kami saling bersentuhan. Mata merahnya begitu berkilau menatap mataku, dan aku terpukau karenanya. Baru kusadari bahwa gadis ini begitu cantik, dan kini aku seperti bisa melihat sesuatu di dalam dirinya. Api yang bersinar begitu terang dari matanya.
"Mengapa hati ini begitu hangat.."
"Kau merasakan hal itu juga bukan? Aku tahu bahwa dunia ini sudah mengakar busuk, tapi aku tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Kau berbeda Lushan, kau bisa meraihnya.. karenanya ayah memilihmu, dan aku.."
"Cukup Roxanna.. Mereka menyebutku naif. Kenaifan ini telah membunuh banyak sahabatku, dan kini kaisar sendiri.."
Roxanna memelukku, dan tiba-tiba air mata keluar lagi dari diriku, dari gadis ini pertama kalinya aku mengeluarkan air mata, dan kedua kalinya peristiwa ini terjadi lagi, seakan hatiku yang sudah membesi ini luluh begitu saja mendengar ucapannya yang menusuk hatikku.
"Aku memilihmu Lushan.. maafkan aku yang terlarut dalam kesedihan yang tak berdasar, sedangkan didepanku sendiri terdapat seseorang yang melihat kematian lebih banyak dari itu.. Kenaifan itu bukan tanpa arti, itu tanda bahwa engkau tidak jatuh didalam lingkaran setan yang mereka ciptakan.. lalu kematian itu takkan pernah sia-sia, jika kau akan menjadi harapan bagi mereka.."
"Ya, aku tahu apa yang kini harus kulakukan Roxanna. Mereka harus merasakan bahwa kekuatan sesungguhnya timbul dari masyarakat, dan kebencian dari masyarakat akan menghancurkan diktator seperti mereka. Harapan bukan pada diriku Roxanna, tapi ada pada masyarakat.."
Tiba-tiba perasaan membara muncul dari batinku. Aku tidak lagi ragu tentang apa yang kini terjadi, karena aku tersadar pada kekuatan yang mampu meruntuhkan kerajaan ini. Kekuatan sejati yang hanya dimiliki rakyat di negeri ini yang kini hidup melarat bagai sapi perah yang mati lemas karena kemarukan mereka.
"Aku akan membuat ancaman terbesar pada kerajaan ini, dan membentuk suatu utopia didunia ini. Roxanna.. apakah kau akan menemaniku menuju impianku ini?"
"Impian kita Lushan.. dan ya, aku bersedia menemanimu."
***
Akhirnya berita keluar bahwa Kaisar dibunuh dan digantikan oleh anaknya. Kemudian dari balik layar, anak kaisar dikontrol oleh perdana mentri Sou Lun untuk membuat kebijakan yang membuat negara ini lebih melarat lagi, dan hanya mensejahterakan orang-orang elite di kerajaan. Terdengar kabar bahwa anak kaisar sendiri yang membunuh kaisar akibat sifat kekanak-kanakan dan dendam karena sang ayah yang begitu kasar padanya, dan hal tersebut semakin diperparah oleh hasutan pamannya yang kemudian membantunya dalam menutupi aib tersebut.
Saat mendengar hal tersebut, aku segera keluar dari persembunyian tersebut, dan mengumpulkan kekuatan secara diam-diam. Semakin lama kekuatan tersebut semakin membesar, dan mereka mulai mengirimkan pembunuh bayaran terbaik mereka untuk membunuhku dan menculik Sen. Namun hal itu tidak menghentikanku, pembrontakan mulai terjadi di daerah-daerah kecil, hingga akhirnya aku disebut sebagai pahlawan, namun propaganda dari kerajaan membuatku sebagai pembrontak keji di daerah-daerah besar.
Sampai pada akhirnya, aku mendapatkan sahabat-sahabat dikerajaan yang mulai melarikan diri, dan bersatu denganku beserta pasukan elite yang mereka bawa, membuat pasukanku mampu menandingi pasukan milik kerajaan, dan penyihir bukan lagi halangan.
...
"Lushan, mereka telah menunggumu."
"Baiklah."
Ketika itu, aku berdiri diatas balkon markas dengan banyaknya tentara pembrontak di bawahku. Di sebelahku terdapat Roxanna yang telah resmi menjadi istriku, dan Shi Shiming sahabatku yang kini membantuku dalam berbagai perperangan yang sulit. Dibawahku adalah tentara yang dulunya memegang cangkul, hanya untuk direbut hasilnya oleh pihak yang berkuasa, yang kini bisa hidup dengan aman di bawah kekuasaanku.
"Wahai kalian kawanku.."
Masyarakat di bawah mulai saling berbisik karena pemimpin mereka yang menyebut pasukannya sebagai kawan, seakan sang raja sejajar kedudukannya dengan mereka. Ketika dulu, menatap mata raja saja tidak boleh menandakan kedudukan sang raja begitu tinggi.
"Ya, aku dan kalian sejajar. Negara ini adalah negara untuk masyarakatnya, dan aku dengan kedudukan ini hanyalah pelayan bagi masyarakat. Negara yang akan kita bangun bukan lagi negara yang akan tunduk antar sesama manusianya! Hal itu begitu konyol, dan pasti membuat kita berpikir, bagaimana kita membiarkan hal seperti ini terjadi?"
Kini mereka seperti terbakar semangatnya dengan sadarnya mereka akan kesemena-menaan kerajaan terhadap mereka, dan kini mereka telah sampai pada kesadaran yang membuat mereka percaya bahwa mereka berada di jalan yang tepat.
"Jangan takut kawanku, tuhan nyatanya telah memberikan rasa kasih sayangnya untuk membuka mata kita atas hal ini, tapi dia takkan memberikan kekuatannya karena kitalah kekuatan tersebut.. Ya, masyarakatlah kekuatan tersebut! Dengan kekuatan ini, kita akan hancurkan tembok tersebut kawanku, tembok besi yang menutupi indahnya langit ini.. Kita akan hancurkan tembok tersebut, dan kita akan merdeka dengan seutuh-utuhnya!"
"Ya, Merdeka!!"
Mereka bersorak dengan kata merdeka. Kemenangan yang telah kita raih, kekuatan yang kita telah kumpulkan, dan kini optimisme mereka atas kekuatan yang sesungguhnya mereka tak pernah sadari, yaitu kekuatan yang mereka punya ketika mereka bersatu.
"Lushan, lihatlah benih yang telah kau tanam."
Roxanna rambutnya terurai di antara angin yang kini menerpanya. Dia begitu cantik kini, dengan anak yang kini ia gendong dengan rasa kasih sayangnya. Aku segera menciumnya, dan kembali melihat pasukanku yang sudah bersiap untuk menghancurkan kota Luoyang tempat kaisar berada.
***
To be continued into part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar