Kamis, 22 Juni 2023

Aku Hampir Mati Hari Ini

Aku hampir mati hari ini.

Truk di depanku tiba-tiba berhenti, dan motor yang kutumpangi untung saja langsung melakukan rem mendadak dari rem belakang hingga depan, hingga-hingga belakang motor itu naik. Suara dibelakang berteriak marah, entah ke supir ojekku atau si truk. Jelas sih, menempel di belakang truk adalah hal yang bodoh, tapi waktu itu memang jalannya agak cukup sempit sehingga tidak bisa menyalip, si ojek harusnya melambat saja.

Sisanya, si tukang ojek sepertinya dalam keadaan shock, dan mengendarainya malah tambah sempoyongan parah. Apa dia mengantuk sehingga hal ini terjadi? Entah.

Tapi hal yang cukup kupikirkan selama perjalanan adalah bagaimana bapak, yang turut bangun subuh menemaniku, masuk lagi ke rumah dan aku segera cabut ke tukang ojek. Tidak salam tangan, hanya mengucap.

Di motor kulihat ke belakang, bapak sudah di depan pager melihatku.

Rasanya ada yang salah.

Aku entah mengapa begitu kesal setiap berangkat dia menyuruhku membawa sesuatu, ada ikat pinggang tuh, ada tas bapak, ada baju baru, dan lain-lain di saat preparasi bahkan pada detik-detik keberangkatanku yang membuatku tidak cukup fokus memikirkan apa yang sudah dipersiapkan dan harus kulakukan hari ini.

Waktu aku beranjak pergi karena sudah terdengar klakson ojek, dia sedang masuk ke dalam mengambilkan sesuatu, kupikir ah sudah, sore ini toh bakal bertemu lagi.

Dan ternyata hampir saja tidak.

Hampir motor itu menabrak truk, dan motor yang cukup melaju kencang itu hancur tertabrak bemper. Kita terlempar ke depan karena inersia dan mengenai sisi belakang truk yang cukup keras, lalu daging kita yang cukup rapuh itu hancur belepotan. Kepala retak, organ rusak, darah habis.

Hari itu jalanan pagi macet, orang-orang berangkat pagi kerja mengutuk tapi juga ingin tahu bagaimana bentuk tubuh manusia yang sudah tercerai berai.

Bapak dan ibu mungkin baru tahu kabarnya siang hari, hati mereka pasti hancur melihat keadaan diriku mati. Kalo matinya karena demam berdarah mungkin lain lagi.

Lalu di detik-detik itu, penyesalanku paling-paling itu.

Aku tak cukup cakap melihat keseluruhan hidupku yang tidak ada apa-apa di dalamnya.

...

Dan aku harus setiap hari melewati hari seperti ini, rasanya aku tak akan sampai di umur 30.