Selasa, 27 Oktober 2015

Metropolis (1927) Short Review



"There can be no understanding between the hand and the brain unless the heart acts as mediator."

Bercerita tentang kota futuristik dimana terbagi antara kelas pekerja dan para perencana kota. Cerita berpusat pada seorang anak dari pemimpin kota ini yang jatuh cinta pada nabi dari masyarakat kelas pekerja yang memprediksi datangnya seorang messiah yang menjadi mediator antar perbedaan kelas masyarakat di kisah ini. Metropolis oleh Fritz Lang gw akui sebagai mahakarya klasik, pesan powerful dan relevan hingga sekarang tentang persatuan antar kelas masyarakat, ide futuristik landscape yang luar biasa pada tahunnya dengan konsep struktur sosial modern kapitalisme ala marxisme (yang nantinya mengarah pada revolusi masyarakat proletar atas kaum modalis/borjuis), cinematografi dengan detail luar biasa (harus diakui, film ini film termahal pada zamannya), dan banyak sekali simbolis yang diberikan pembuat yang punya deep meaning yang gw pikir ngebuat film ini bener-bener seni berkelas.

Well sayang, betapa powerful film ini pada zamannya juga bisa salah diinterpetasikan oleh Hitler (ya, ini film favorite nomor wahidnya hitler), dan di adaptasi dalam bentuk yang berbeda pada masanya yaitu Triumph des Willens, pararel dengan metropolis dengan pesan propaganda bahwa jerman bisa keluar dari penindasan internasional dengan pahlawan mereka, Hitler itu. Gak sangka dalam wawancaranya, Fritz Lang yang kabur ke amerika (karena ibunya jewish) ngomong bahwa film ini dia anggap sebagai karir terlemahnya atas kekecewaannya bahwa visi hitler terpengaruh oleh filmnya.

Performa akting Brigitte Helm, salah satu perubahan ekpresi dan gesture paling drastis yang pernah gw lihat.
Btw, ngomongin artis jadul, disini Brigitte Helm performanya meranin Maria sebagai nabi yang kalem, dan juga sekaligus The Machine Man yang semacam alter ego, bener-bener keren. Tranformasi ekspresi tingkah laku, gesture, dan tatapan mata bener-bener  top notch banget. Akting kelas atas seperti ini mungkin karena memang gak ada suaranya sehingga maksa mereka untuk ngeluarin segala performanya lewat kemampuan ekspresinya, dan yah, gw salut banget.

Gw rekomendasi banget untuk yang ingin lihat betapa bagusnya film klasik (hitam-putih tanpa suara), dan bagaimana pesannya yang powerful bisa ngedeliver bgt lewat pengalaman cinematic.

Score : 10/10 (masterpiece), next nonton Citizen Kane

Btw gw rekomendasi banget untuk nonton versi rescore sama The New Pollutants, menurut gw lebih dapet daripada aslinya yang udah lumayan kemakan waktu : https://www.youtube.com/watch?v=Q0NzALRJifI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar