Selasa, 08 Desember 2015

Naqoyqatsi - Chapter 15

ELEGIA
by Reza Pratama Nugraha



Kaca itu muncul di hadapanku. Kusam, dengan retakan pada sisi kiri dan kanannya. Ketika itu senyumku muncul dari sisi kiri, melebar sampai pinggir pipiku. Matanya juga, berkedip seperti bermain dan menggodaku dengan alisnya yang menukik ke atas. Tapi itu bukanlah aku, tetapi sesuatu yang merasukiku, menyelinap di antara kulitku, menyerupaiku. Aku bisa melihat sosok jahat dari ekspresi yang dia keluarkan, dan kini dia mengambil alih tubuhku.

“Hahaha, apa yang kau pikirkan? Aku bukan dirimu?!”

Dia tertawa hingga menekuk badannya dan memegang perutnya. Apa yang lucu dari semua ini?

“Aku adalah kamu Balthiq, kita adalah dua sisi dari koin yang sama!”

Dia bisa mendengar pikiranku!

“Ya, karena ini kepala kita.”

Tidak, siapa kau?

“Bukankah dewa sudah menjelaskannya? Aku selalu berada disisimu seperti bayangan. Kau selalu menahanku, menolak keberadaanku. Nafsumu, kebencianmu, kesombonganmu. Tetapi mengelak bukan berarti semua itu tidak ada, kenyataannya adalah hal itu muncul dalam batinmu dan kau menyimpannya di dalam lubuk hatimu.”

Kau tidak nyata, kembalikan tubuhku..

“Tidak Balthiq, aku nyata, lebih nyata darimu. Aku yang kau selalu timbun, bertubi-tubi hingga menggunung. Kau hanya tidak sadar, segala pilihanmu ketika kau berlari, menyerang, berteriak, semuanya adalah aku Balthiq, kalbumu. Tapi kau menyangkalnya, menganggapku tidak ada.”

Aku takut. Ketika itu rasanya pandanganku buyar. Mata kananku mulai mengedip di kaca tersebut, dan itu bukan kendaliku.

“Bukankah kita sudah bertemu kematian, kehilangan kesadaran, dan lenyap di antara besarnya samudra?”

Tetap aku takut..

“Kau bisa melihatku, menonton di tempatku selama ini. Lihatlah Balthiq, lihatlah dirimu yang sesungguhnya. Telanjang, tanpa rantai, etika, moral, dan apapun yang mereka berikan padamu. Lihatlah dan dengan bangga menyebut dirimu sebagai ‘aku’ yang sesungguhnya, tanpa presepsi seseorang yang mengekang tubuhmu lagi.”

Hah..

Hahaha..

Jadi ini rasanya memiliki kendali atas tubuh? Nikmat, nikmat sekali!

Oh diriku, kau sungguh menyia-nyiakan tubuh ini bukan? Liat tubuh ini! Oh tuhan, tertutupi oleh rambut kumalmu, kulitmu, wajahmu yang seperti diasapi tiap hari, dan ditambah kini dengan hidung bengkokmu, tulang pipi yang remuk dan bibir yang sobek, kau seperti mosaik, dan aku tidak yakin terdapat sihir yang dapat menyembuhkannya.

Aku buruk rupa, terima kasih diriku yang lain.

Sekarang aku harus kembali ke dunia nyata, menyelesaikan urusan yang telah kita perbuat, sekaligus berterima kasih pada Man Yi, memberikan hadiah yang kita sebut sebagai ‘Empati’.

***

"Ah Balthiq, disitu kau rupanya!”

Wajahnya tampak ceria ketika akhirnya menemukanku di antara kabut yang tebal, dan saat itu juga dia mengeluarkan pisaunya. Ah, dia ingin kematianku berada di tangannya bukan, pada detik-detik terakhir nafas berada di tenggorokanku? Tidak, aku sadar selama ini, senyumnya mengartikan sesuatu yang lebih dari itu.

Selagi itu, tubuhku kini mati rasa. Tentu saja aku mengetahuinya dari pikiranku selama ini, tapi baru aku tahu bahwa rasanya begitu mengerikan ketika tidak ada darah yang mengalir dikulitmu, hingga kulitmu membiru, dan aku tahu, beberapa menit lagi kulit ini akan menghitam.

“Oh Balthiqku sayang..”

Man Yi kini duduk menatap wajahku yang juga menatapnya miring, aku sama sekali tidak bisa menegakan kepalaku. Ketika itu pisaunya bermain di antara dagu hingga leherku, dan ketika pisaunya menusuk di bagian luar kulitku, tidak ada darah yang mengalir.

“Lihatlah, ini tanda ketika ruhmu sudah hampir lepas dari dagingmu.”

“A..k..u..”

Bibirku susah untuk digerakan, dan aku ingin mengatakan padanya bahwa diriku tahu bagaimana rasanya mati. Ketika ruh lepas dari daging seperti tubuhmu dirobek menjadi dua dengan tangan kosong. Sakit, sangat sakit, hingga tidak sakit sama sekali.

Saat itu jari Man Yi menempel pada bibirku, menurunkan pisaunya.

“Jangan berbicara Balthiq, kau menghabiskan energimu. Nikmati semua ini, kau akan mengenangnya. Nafasmu, sensasi ketika ruh masih menempel pada badanmu, kerapuhan ini.”

Ah, aku sungguh menikmatinya Man Yi, sungguh-sungguh menikmatinya.

“Kau setuju soal ini? Aku bisa melihatnya di matamu, kau sudah benar-benar mengingatnya!”

Dia kembali mendekatkan pisaunya ke leherku.

“Aku akan menyelesaikannya, oh Balthiqku sayang.”

Tapi tidak, terima kasih.

Aku lalu membayangkannya, ketika sebagian ilmu dewa menyatu dalam pikiranku ketika kontrak dibuat. Daya tarik antar benda, tidak, lebih kecil, berat, bukan, massa, ya dewa menyebutnya itu. Massa bumi, matahari, lalu..lalu..

Intinya, kau jatuh Man Yi, tertarik oleh massa bumi, kau jatuh sekarang juga!!

“Ah!”

Man Yi tiba-tiba terjatuh, dan kini wajahnya tercecer oleh darah yang menyentuh pipinya. Berkali-kali dia mengangkat badannya, dan dia tertarik lagi ke bumi, seakan dia melekat dengannya.

“T..unggu..”

Kekuatan ruhku sudah penuh terisi oleh dewa yang merestuiku. Aku mengucapkan mantra penyembuhan, menutup lukaku, mengembalikan sirkulasinya, membuat sesuatu dalam tubuhku kembali mengisi darah yang habis keluar. Perlahan rasa sakit muncul, sensasi yang sungguh menyenangkan, lalu kulitku kembali mengeluarkan warnanya. Beberapa lama kemudian aku mulai merasakannya, jariku yang mulai bergerak, nafas yang terisi penuh pada paru-paruku, otakku yang merasakan sensasi lega seketika darah mulai mengalirinya. Pikiranku benar-benar pulih, suara sorak ramai dan pandanganku menjadi sangat jelas.

Bukankah ini sangat curang, sembuh total setelah babak belur?

“Kau..”

Man Yi sekuat mungkin menengok kepadaku, lucunya, mulutnya dipenuhi oleh darahku, dia pasti terjatuh dengan mulut terbuka.

“Apa kau tidak sadar, kau terlihat lucu sekali Man Yi.”

Aku tertawa, dan Man Yi terlihat kesal.

“Apa kau benar-benar Balthiq?”

“Tentu saja, Man Yi, kau sudah sadar selama ini bukan?”

Saat itu aku melepaskan sihirku, dan dia langsung meloncat menjauhiku, dan membuat busur di tangannya.

“Kau bertemu dengan dewa.”

“Karena kau.”

“Hah, kekuatan yang muncul mendekati kematian, klise sekali. Berarti kau harus berterima kasih padaku, dan kuharap kau tidak lagi memberikan pertarungan yang membosankan Balthiq.”

Man Yi tersenyum sambil mengeluarkan panahnya, dan menembaknya dari kejauhan, melewati persis pipiku hingga berdarah dibuatnya.

“Aku yakin kau belum paham benar kekuatanmu.”

Cepat, sangat cepat, aku tidak bisa membayangkan kekuatanku terhadap panah tersebut. Kekuatanku juga tidak bisa menggapainya dari kejauhan, aku segera tahu kelemahan kekuatan ini, atau mungkin aku belum benar-benar paham mengenainya.

“Kali ini aku tidak akan meleset Balthiq!”

Ketika busur kedua ditarik, aku segera melihat panah dibelakangku. Mengamatinya, dan aku segera sadar bahwa dia terjatuh di lorong yang panjang ini. Apa yang membuat tarikan busur yang memberi dorongan pada panah menghilang? Angin? Atau juga.. ah!

Aku segera melompat, dan panah tersebut benar-benar melewati celah antara badan dan lenganku. Saat itu aku melihatnya, lintasan pada panah tersebut, lurus, melengkung, jatuh. Ya, jatuh ke tanah, dan aku paham bahwa lintasan panah tersebut berada pada kuasa kekuatanku!

Kali ini Man Yi tidak berbasa-basi dan lansung menarik busurnya sekali lagi. Kali ini aku takkan menghindar dan mengandalkan keberuntunganku lagi. Aku membayangkan lintasan itu, dan aku memberi besaran sedikit lebih besar pada kuasaku, membuat perhitungan Man Yi meleset.

Panah tersebut lalu terlontar, dan terjatuh tepat di depan kakiku.

“Kau sudah memahaminya hah?”

Lalu dia melontarkannya lagi, tiga panah kali ini dalam satu busurnya dan dia lontarkan ke atas.

Tapi tidak jauh berbeda, dengan memahami bahwa terdapat gaya yang menariknya kebawah, maka cukup dengan menambahkan salah satu elemennya, dia akan meleset, dan sekali lagi ketiganya menancap di depan kakiku.

“Tidak berguna.. tapi jelas kau tidak bisa menyentuhku dari kejauhan.”

Dia mengamatiku, dan aku mengamatinya. Dia akan mengeluarkan trik baru, dan aku harus dengan cepat memahaminya sebelum kematian menghampiriku. Ketika itu Man Yi memecah busurnya, namun tidak mengubahnya menjadi apapun. Dia tersenyum saat itu.

“Kau berubah Balthiq, nadamu, gerakan tubuhmu. Kau tersenyum menikmati panah-panah tersebut melewatimu, kau.. sangat berbeda, tapi sungguh familiar..”

Aku ingin menjawabnya, tapi pose tubuh dan gerakan tangannya menandakan dia sedang mengeluarkan sihirnya. Dimana, bawah, kiri, kanan, atau.. Atas!

Aku segera melompat kekiriku, dan sadar bahwa terdapat lantai yang berubah menjadi bilah pisau, hampir tepat mengenai pipiku ketika meloncat. Aku melihat dari kejauhan, atap runtuh menjadi bilah-bilah pisau yang jatuh menghancurkan lantai. Dia mengubah seluruh tempat ini menjadi senjata!

“Lihat, kau tersenyum lagi.”

Ya, aku tersenyum. Sangat menyenangkan, ini sangat menyenangkan!

“Dan aku merasa lega melihatmu seperti ini, aneh sekali.”

“Karena kau melihat sosokmu dalam diriku, itu sudah jelas bukan?”

“Begitukah?”

Sekali lagi dia membuat atap-atap berjatuhan, dan aku sadar bahwa seluruh lantai disekitarku berubah menajadi bilah pisau. Orang-orang yang mengitari juga berlari menjauh ketika menyadari bahwa lama kelamaan lantai diubah oleh sihir Man Yi. Dia serius kali ini, menganggapku sebagai ancaman besar.

Ketika segala jenis senjata, pisau, tombak, dan sebagainya berjatuhan dari atas, aku segera meloncat, dan menghilangkan gaya yang mengekangku. Jauh, hingga melewati para penonton, luar dari jangkauan lantai-lantai tersebut, tapi ketika senjata tersebut berjatuhan mengejarku, senjata tersebut juga mengenai penonton dibawahku. Aku cukup cepat saat itu hingga menyentuh lantai kembali.

“Ahh.. ayolah Balthiq, aku membunuh penonton jadinya.”

Sorak ramai meriah menjadi kengerian. Tubuh mereka terkoyak-koyak, beberapa hidup dan aku melihat beberapa di antara mereka yang selamat berusaha menarik pedang-pedang dari perut seseorang yang malah membunuhnya, dan lucunya lagi, beberapa berusaha menyembuhkan temannya yang bahkan sudah tidak bernyawa.

“Ah..haha..hahaha..”

Kenapa kalian terlihat sedih? Oh tuhan, bukankah ini ironis sekali! Aku tak bisa menahan tawaku, dan mereka semua menatapku, benci, pasti menyalahkanku. Bayangkan jika aku yang terkoyak-koyak tadi, tangan dan kakiku terpisah dari badanku, kepalaku sobek hingga kalian bisa menendang-nendangnya seperti bola sepak, pasti kalian sedang tertawa terbahak-bahak, seperti apa yang kulakukan sekarang!

“Kau melihat ini lucu Balthiq?”

Ketika itu Man Yi berjalan mendekatiku, membuat senjata-senjata tersebut menghilang menjadi debu dan membuat penonton membentuk jalan sambil menyeret tubuh teman mereka.

“Apa ini terlihat lucu olehmu Man Yi?”

“Tentu saja, apa menurutmu ini tidak lucu?”

Aku masih tertawa kecil, menghapus air mata di kelopak mataku.

“Kau monster..”

“Tidak Man Yi, bukan aku, tapi kita, kita adalah monster di tempat ini.”

Man Yi kembali membuat seluruh atap menjadi senjata, dan aku mulai berpikir sampai mana aku bisa memanipulasi kekuatan ini? Bukankah kekuatan ini maha luar biasa dahysat seperti apa yang dewa sebut? Bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari ini, bahkan waktu? Bagaimana jika seperti ini, bumi kuanulir dari massa pertama, lalu yang relevan hanyalah senjata yang menjatuhiku?

Ketika benda tersebut jatuh dengan kecepatan tinggi akibat dorongan di belakangnya, entah kekuatan apa yang Man Yi berikan, aku segera membayangkan kekuatan tersebut. Cukup menyerap ruhku, tidak sesederhana yang kukira tapi bekerja. Senjata tersebut yang memiliki massa yang sama tiba-tiba saling menabrakan dirinya sendiri, seperti magnet, dan hancur berkeping-keping seketika kulepas kekuatanku.

“Bagaimana bisa..”

“Kekuatan yang mengerikan bukan?”

Mengerikan, tapi terbatas. Jika dia mengeluarkan kekuatan tersebut dua kali lagi, maka kekuatanku akan terkuras. Aku tidak bisa main-main lagi, aku harus segera menghentikan pertarungan ini secepatnya.

Saat itu aku segera melompat, membuat tubuhku melayang mendekati Man Yi. Seketika dia membuat sekeliling lantainya menjadi bilah pisau dan mematerialisasikan tombak di tangannya, aku segera membuat Man Yi melekat ke lantai, dan jatuh tepat di atas tubuhnya, menungganginya.

“Kau!!”

Dia sekali lagi ingin mengeluarkan kekuatannya, dan dia tidak menatap mataku saat itu.

“Kenapa kau tidak menatap mataku, atau..”

Kau butuh melihat lokasi untuk menggunakan sihirmu?

Aku segera membayangkan, apa yang berada di mata kita sesungguhnya? Air? Atau semacam itu? Bagaimana jika aku mengubah berat didalamnya, membuatnya lebih berat 1x, 2x, atau 20x?

“AGHHH!!!!”

Mata Man Yi memerah, dan merah tersebut mulai memenuhi putih matanya, dan kemudian DUAR! Meledak! Aku tidak mampu membayangkan betapa kagetnya diriku saat itu, dan kemudian betapa kencangnya aku tertawa. Oh seperti itukah jika aku bermain kekuatanku pada mata seseorang?!

“Mati kau, mati!!”

Man Yi berusaha mengangkat tangannya, menggapaiku sebelum tangannya melekat ke lantai kembali. Kali ini dia menggaruk-garukan kukunya ke lantai, dia pasti sangat kesakitan sekarang, sekaligus kehilangan pandangannya menjadi hitam ataupun merah pasti membuat Man Yi kehilangan kewarasannya.

“Tenang Man Yi, pus..pus.. Begini, aku hilangkan rasa sakitmu, tapi kita akan mengobrol seperti orang waras oke.”

Aku segera menggunakan sihirku, menutup lukanya, tapi tidak memulihkan pandangannya. Nafasnya mulai teratur kembali, dan air matanya mengalir. Ternyata tanpa mata kita masih bisa mengeluarkan air mata.

“Kenapa kau ingin membunuhku Man Yi?”

“Jelas bukan?!”

“Tidak, tenangkan dirimu Man Yi, dan pikirkan baik-baik. Kenapa kau begitu bahagia ketika diriku mendekati kematian, kenapa kau terasa begitu lega ketika nyawaku sudah sampai pada tenggorokan seperti apa yang kau bilang tadi. Kenapa kau begitu menikmatinya, kenapa hatimu berasa begitu baikan melihatku seperti itu.”

“Hahaha! Kau sudah gila! Aku hanya ingin membunuhmu, itu saja!”

Tidak Man Yi, kau lebih dari itu, kau lebih dari pembunuh berdarah dingin.

“Kau melakukan itu atas nama empati. Kau berempati padaku, sampai-sampai ingin membunuhku. Aku tahu, kau tidak tertarik pada Guo Rong, tapi aku? Jelas, kau sangat menikmatinya.”

“Aku sudah melakukan ini berkali-kali Balthiq..”

“Melakukan ini berkali-kali pada sosok sepertiku, bukan?”

Man Yi tiba-tiba tertawa, selagi air matanya keluar secara deras dari matanya.

“Empati kau bilang? Ya, bisa jadi. Aku benci dunia ini, benci sekali. Aku bertanya padamu Balthiq, apa kau pernah merasa diberi pilihan? Tidak Balthiq, tidak sama sekali, kita hidup sesuai dengan peran kita, budak, majikan, dan sebagainya. Aku hidup sebagai gadis, boneka, budak, dan kini senjata, apapun status yang melekat padaku. Aku benci, benci, benci, hingga..”

Man Yi berhenti sebentar, menelan ludahnya sebelum melanjutkan kembali.

“Hingga kematian.., kematian adalah pengampunan.”

“Kau ingin memberi pengampunan padaku.”

“Kau mirip denganku. Ketika mereka sadar bahwa aku membunuh segalanya dengan sihirku, aku dibawa kesini. Gadis yang dipinggirkan sebagai pembunuh, tidak tahu diuntung sebagai bangsawan, dan pelacur.. Kau juga sama saja, matamu juga, dan aku tahu, nasibmu akan lebih buruk.”

“Dan kau mengubahku, mengubahku menjadi dirimu.”

“Tapi kau berbeda Balthiq, kau mahluk yang lebih mengerikan dari diriku. Apa yang terjadi padamu Balthiq, apa yang terjadi padamu?”

Aku tertawa, tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Man Yi.

Apa? Apa yang terjadi padaku? Oh, banyak sekali hingga diriku yang lain menyangkal keberadaan diriku. Baru dilihat secuil apa yang kurasakan, dia sudah teriak-teriak sendiri.

“Ya, aku berempati padamu Balthiq, aku sungguh-sungguh mengasihanimu. Kau bahkan sudah gila karenanya!”

Tiba-tiba tanah bergetar, dan semua orang berteriak tentang atap. Aku segera melihat keatas dan melihat Man Yi mengubah seluruh atap menjadi pedang, berkumpul membentuk kerucut mengarah pada kita. Apa dia ingin membunuh dirinya sendiri bersamaku? Kekuatan sebesar ini pula bisa menghabiskan seluruh ruhnya.

Tiba-tiba tangan Man Yi mengcengkram lenganku, keras sekali, dia membuat tangannya menjadi besi.

“Kita mati bersama Balthiq! Pengampunanku, dan pengampunanmu. Kita akan lepas dari dunia baik ini!”

Aku menatap ke atas, dan mengetahui alasan bahwa benda-benda itu mengarah pada kita. Aku sadar bahwa Man Yi tidak mengetahui lokasi dimana dia mematerialisasi senjatanya, tapi dia cukup tahu bahwa ada atap di atasnya, dan atas adalah lokasi yang abstrak, sehingga dia memutuskan untuk mengubah segalanya menjadi senjata. Lalu lokasi senjata itu melesat? Dia cukup tahu dimana lokasinya sendiri, dan jika aku melarikan diri, itu sama saja bunuh diri, sehingga dia membuatku terjebak bersamanya.

“Hahaha.. kau benar-benar mengasihaniku bukan Man Yi!”

Tapi tidak, aku cinta dunia yang kau sebut baik ini.

Aku segera berpikir, tidak berguna jika kubuat ratusan senjata itu saling melekatkan dirinya sendiri, aku tak punya kekuatan sebesar itu.

Tapi.. tapi bagaimana jika kekuatanku tidak ada di antara mereka. Kemana mereka jatuh? Kemana? Ah, mereka tidak jatuh bukan?

Aku segera memfokuskan kekuatanku pada pemikiran tersebut, seketika senjata tersebut ingin jatuh dan melesat pada kita, kubuat senjata tersebut menjadi kehilangan arahnya. Seketika mereka melayang, juga air mata Man Yi menjadi titik-titik bola yang melayang di udara.

Tapi kekuatanku habis saat itu juga, dan ratusan senjata itu jatuh seketika membuat guncangan besar di lantai, dan kerusakan yang luar biasa besar.

“Jadi itu kekuatan penumpasmu Man Yi? Mengerikan..”

“Kau.. menghentikannya..?”

Saat itu aku tahu Man Yi kehilangan ruhnya, dan perlahan tubuhnya akan berubah menjadi debu.

“Kau tidak boleh mati Man Yi.”

Aku segera memberikan Animaku ke dalam tubuh Man Yi, membuatnya kembali menjadi utuh, tapi tidak cukup kuat untuk kembali berdiri walau kekuatanku telah kulepas darinya. Saat itu aku juga sadar bahwa lengannya menghitam, setelah membuat besi melapisi tangannya, dia secara tidak langsung mematikan bagian tubuhnya menjadi besi, dan bagian tersebut secara cepat membusuk.

“Aku tidak bisa merasakan tanganku.. Bunuh aku Balthiq..”

“Mereka akan memotongnya, dan kau akan hidup.”

“BUNUH AKU BALTHIQ!!”

Man Yi berteriak, dan tangis masih mengalir dari matanya. Aku bisa melihat di lantai, di sekitar kepalanya bahwa banyak air mata yang bergelinang.

“Apa yang bisa kulakukan dengan tubuh ini? Aku buta, buntung! Bunuh aku, kumohon.. bunuh aku..”

“Kau tidak sadar Man Yi, ini hadiahku padamu, rasa terima kasihku padamu. Empatiku adalah tidak bersimpati denganmu.”

“Apa maksudmu Balthiq..”

“Aku benci ketika seseorang mengasihaniku, aku benci tatapan itu, tatapan ayah dan ibuku, tatapan adikku, tatapanmu.. Jika kau bilang hidup ini baik, ya, hidup di dunia ini adalah neraka yang sesungguhnya. Di dunia setelah kematian sana tidak ada neraka Man Yi, aku sudah merasakannya, ketenangan dan kesunyian yang abadi, kehilangan dirimu sendiri di antara lautan kesadaran lainnya, dan aku benci itu. Hidup di neraka ini lebih menarik dari itu.”

Man Yi terdiam, dia pasti sudah lelah atau kehabisan kata-kata.

“Karena itu, aku tidak sedikitpun mengasihanimu, aku hanya akan benar-benar membencimu. Hidupmu selama ini seperti apa? Boneka pelampias seksual para bangsawan itu? Lalu menjadi senjata manusia? Bagaimana dengan menjadi parasit? Hidup buta dan buntung, seumur hidup dikasihani, diberi makan, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Oh tuhan, mati lebih baik dari itu.”

“Oh Balthiq..oh..”

“Itu empatiku Man Yi, aku membalas maksud baikmu.”

Ya, rasakan itu Man Yi, rasakan menjadi manusia paling menyedihkan, sangat menyedihkan.. Ah, parasit, aku benar-benar suka kata tersebut.

“BALTHIQ!!”

Guo Rong..

Aku menengok kebelakang, terdapat Guo Rong yang berjalan terseok-seok didampingi Li Ling.

“Kau.. Kau bukan Balthiq!”

“Aku Balthiq Guo Rong, Aku Balthiq dari kalbu terdalamnya.”

Ya, kau tidak bisa menyangkalnya. Kau bahkan belum mengenalku lama.

“Tidak, matamu.. matamu seperti orang mati..”

“Hah?”

Mataku seperti orang mati? Lalu bagaimana dengan mata diriku yang lainnya? Hidup?

“Kembalikan Balthiqku! Kembalikan Balthiqku yang lembut. Dia tidak akan melakukan hal keji seperti dirimu!”

“Oh Guo Rong, kau..kau..”

‘Kembali, kembali, kembali kau sialan!’

Aku belum selesai, bisakah kau diam sebentar!

Hei, ah.. Sedikit teriakan dan kau bisa sekuat ini. Baiklah, apa yang kau lakukan Balthiq? Apa yang akan kau lakukan dengan kondisi yang kubuat ini? Kau tetap akan membuatnya hidup bukan? Aku tahu kau akan melakukannya, dan itu yang seharusnya kita lakukan bukan?

'Aku akan melakukan apa yang seharusnya kulakukan.'

***

Aku kembali, dan melihat seluruh tempat ini hancur berantakan. Sekitarku tertimpa oleh senjata-senjata yang tadi melayang dan jatuh tak tentu arah. Suara saat ini hanya dipenuhi teriakan rasa sakit, dan tangis, tidak ada sorak gembira yang sebelumnya kurasakan. Guo Rong saat itu merasa lega melihatku, dia seperti bisa membedakan siapa aku yang sesungguhnya.

“Kau kembali Balthiq..”

“Ya..”

Aku kembali menatap Man Yi yang tergeletak tidak berdaya. Dia masih menangis memohon.

“Bunuh Aku Balthiq.. bunuh aku..”

Aku mendekatinya, dan menatapnya. Dia yang kini tidak berdaya, dengan air matanya yang kini berubah menjadi darah, sesuatu dalam matanya pasti kembali terluka dan bercampur dengan air matanya.

“Pengampunan..”

Dia menginginkannya.

Aku mengambil pisau diantara puing-puing.

“Balthiq, hentikan..”

“Tidak Rong-chan.. aku tidak akan mengikuti ‘dia’, aku..”

Aku menyangkalmu, diriku yang lain. Aku bukan kau, dan aku adalah aku..

“Aku akan memberimu pengampunan.”

Aku segera membangunkan Man Yi, menerkam pisau tersebut kelehernya. Saat pisau tersebut menembus di sisi luar Man Yi, dia tersenyum, dan mengeluarkan kata-kata terakhirnya.

“Terima kasih Balthiq.. terima kasih..”

Darah yang secara deras keluar membasahi wajah dan tanganku yang memegangi kepalanya hingga nafasnya habis. Dia menutup matanya, tersenyum, dan aku.. aku merasa aneh. Melihat darah di tanganku, merah gelap, menghitam, hatiku merasa kosong, lalu perasaan janggal ini tiba-tiba menyebar ke seluruh tubuhku.

Aku tidak merasakan lega dalam hatiku, ada sesuatu yang salah.

‘Sudah kubilang bukan?’

Diam!

Aku kembali menatap Guo Rong yang menutup mulutnya dengan tangannya, dia kemudian berteriak melihatku yang masih berlumuran dengan darah Man Yi.

“Ya, ini yang harus kulakukan.”

Ini yang harus kulakukan..

***Chapter Elegia : End***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar