Jumat, 04 Desember 2015

Short Review : Supernova Trilogy 'Akar' by Dee




Judul : Akar
Penulis: Dee 

Terbit: Desember 2014 (Cetakan Keempat)
Tebal: 295 halaman

Penerbit: Penerbit Mizan


Banyak buku Dee yang selalu lewat dihadapan gw, dari buku pertamanya sampai yang paling terakhir. Kakak gw favorite banget sama kepenulisan Dee, brilliant katanya, dan pas gw baca buku pertamanya saat SMA dulu, gw agak kebelinger sama kata-katanya dan gak ada niatan untuk ngelanjutin (saat itu gw juga kurang hobby ngebaca jadi agak selektif juga). Satu-satunya buku yang gw baca dari Dee cuman Madre, itupun cerita pertamanya doang, dan momen-momen gw lagi seneng ngebaca buku bestseller sekarang, gw mulai ngelirik tulisan Dee lagi dan temen gw yang suka banget sama Dee minjemin 'Akar' yang katanya merupakan start yang bagus untuk baca trilogy supernova setelah pengakuan gw yang trauma sama buku pertamanya

So, apakah Akar memang start yang bagus? Gw bisa bilang ya. Gak serempong istilah yang dipakai di buku pertamanya yang menurut mereka charming intelektual blabla, Akar walau juga banyak menaruh istilah asing, penaruhan dan keunikan Dee dalam merangkainya membuat tulisannya menjadi menarik sekali. Yah, mungkin contohnya ada di analogi deskripsi yang dia gunakan, ketan, nutrisari, dan sebagainya. Buku kedua ini ramah dan juga sangat khas dengan gaya cerita Dee.

Akar juga cerita yang menurut gw enjoyable banget, kisah perjalanan Bodhi menyusuri asia tenggara bisa bikin kita stay untuk ngebaca sampai akhir. Banyak bumbu spritual, lokasi-lokasi eksotis, peristiwa menarik, dan karakter-karakter unik yang muncul. Tapi mungkin kritik gw adalah setiap karakter, dan moment yang muncul gak pernah digali dalam, seakan Dee hanya membeberkan peristiwa seru lalu kepikiran ide baru dan langsung loncat ke ide barunya, kalo gw sebut idenya 'tumpah belepotan'. Akibatnya, setiap moment begitu rushed dengan tempo yang menurut gw kurang nyaman, moment bersama Bong, guru Liong, Kell, golden triangle dan sebagainya bahkan hingga momen klimaks di kamboja gak pernah meresap ke hati gw (Kell moment yang kalian bilang epic menurut saya meh..), dan yah, setelah tamat gw cuman bisa bilang nih novel pendek banget, bukan cuman halamannya, segalanya. Gw mikir novel ini populer karena secara jelas Dee mampu memanjakan pembacanya dengan peristiwa menarik dan gaya cerita unik, tapi unsur-unsur yang menurut gw ngebuat suatu novel bagus, immersion dan hati penulis di dalam tulisannya, gw gak dapet dalam novel ini, dan novel ini jadi terkesan mediocore banget.

Selain itu gw juga mau ngomong soal kenapa gw gak merasa sreg sama Bodhi, gw gak bisa ngejelasin bagaimana tokoh Bodhi sesungguhnya karena dia cuman medium penulis untuk numpahin segala pikirannya, seorang yang tinggal di wihara sampai dewasa dengan pemikiran ala Dee yang canggih dan edgy. Tapi gw gak bisa bilang dia sepenuhnya bukan tokoh, hanya gw gak bisa ngerasain, mungkin gw bakal bandingin Bodhi ini sama tokoh archetype komik shounen ala jepang, dia no clue tentang segalanya, somehow dia punya eksentrik magnet yang narik tokoh-tokoh unik ke dalam ceritanya (walau dia bahkan gak unik sama sekali), dia punya keberuntungan khas protagonist dengan cara yang gak masuk akal (yep, scene fight di kamboja), dan segala yang coba Dee bentuk pada Bodhi lagi-lagi menurut gw dengan niatan ngemanjain pembaca dengan archetype ini, dan ini menyedihkan.

So overall, novel ini enjoyable bgt. Tapi gw gak bisa bilang kalo bacaan ini bermutu, banyak aspek-aspek yang menurut gw adalah esensial gak ada di novel ini. Kesan setelah tamatpun terkesan shallow banget, it has great moment in it, but nothing really special when you finish it. Novel ini, yah.. bagus mungkin untuk memulai trilogy Supernova, gw juga ada niatan untuk baca novel pertamanya sekarang, tapi untuk status bestseller dan positive review yang dominan, gw yakin bahwa dee tau cara memanjakan pembacanya, tapi bukan untuk gw.

Overall score : 6/10 or 3/5 stars, cocok untuk bacaan waktu luang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar