Jika Anda ingin menundukkan sekelompok buruh, jangan gunakan pentungan atau gas air mata. Cukup pindahkan pabrik Anda ke tempat lain. Biarkan mereka berteriak ke udara kosong, membakar ban sebagai ritual kekalahan, dan pulang dengan rasa perih yang tak sempat mereka ucapkan: bahwa mereka, sejak awal, tidak pernah punya kuasa.
Inilah seni memerintah di era modern, di mana kekuasaan tidak lagi berwujud istana atau senjata, tetapi mobilitas kapital.
Buruh Tidak Bergerak. Modal Bergerak.
PT Yihong Novate, PT pabrik sepatu yang merupakan anak perusahaan dari grup usaha asal Tiongkok, memecat pekerjanya, menutup pabrik dan memindahkan produksi begitu saja, bukanlah anomali. Itu adalah bentuk ideal dari efisiensi. Satu keputusan dari ruang rapat di Shanghai dapat menghancurkan solidaritas yang dibangun berbulan-bulan di Cirebon. Dan itu sah. Legal. Bahkan dipuji oleh investor.
Perusahaan tidak butuh repot-repot menghadapi tuntutan upah. Karena dalam dunia sekarang, tidak perlu berkonfrontasi. Cukup tinggalkan. Biarkan serikat buruh melakukan aksi solidaritas, aksi yang justru semakin menegaskan kelemahan mereka: bahwa mereka menggantungkan hidup pada entitas yang tak punya kewajiban moral untuk peduli.
Serikat yang Rapuh dan Pekerja yang Dingin
Ada yang bilang serikat pekerja adalah pilar keadilan sosial. Benar, tapi hanya dalam buku sejarah. Dalam praktik, serikat pekerja adalah entitas yang lamban, sentimental, dan tidak beradaptasi.
Strategi paling efektif untuk melumpuhkan mereka bukan dengan melarang, tapi dengan membuat mereka irrelevan.
Caranya? Pecah alur kerja. Ubah proses produksi yang dahulu membutuhkan keterampilan holistik menjadi tugas-tugas kecil yang bisa diajarkan dalam dua hari. Tukang sepatu jadi operator. Perajin jadi teknisi. Semua bisa diganti.
Dan yang bisa diganti, tidak punya kuasa untuk menawar.
Ketika Protes Menjadi Sebuah Simulasi
Demonstrasi buruh hari ini adalah tontonan yang membosankan. Semua pihak tahu akhirnya. Pemerintah akan ‘menampung aspirasi’, perusahaan akan menunggu reda, dan buruh akan kembali bekerja, atau tidak, tergantung spreadsheet.
Buruh yang melakukan mogok tidak hanya mempertaruhkan pekerjaannya sendiri, tetapi juga memberi contoh buruk kepada rekan-rekannya: bahwa melawan tidak menjamin hasil. Ini pelajaran berharga yang lebih efektif daripada sepuluh tahun sosialisasi ketenagakerjaan.
Negara Tak Lagi Membela
Negara, seperti perusahaan, hanya peduli pada stabilitas. Maka ketika UU Cipta Kerja diloloskan, itu bukan pengkhianatan terhadap rakyat, itu adalah bentuk kejujuran. Negara sudah memilih pihaknya: investor, bukan buruh.
Buruh boleh merasa dikhianati. Tapi dalam permainan kekuasaan, perasaan adalah komoditas murah.
Logika Kekuasaan Global
Dalam sistem ini, pabrik bukan lagi aset tetap, melainkan pion dalam catur geopolitik. Bila Indonesia terlalu banyak menuntut, maka Vietnam menunggu dengan tangan terbuka. Bila Vietnam mulai keras kepala, Ethiopia siap menawarkan insentif.
Lalu buruh di Indonesia bertanya, “Kenapa kami tidak dilindungi?”
Jawabannya sederhana: karena kalian tidak bisa pergi. Kapital bisa. Dan dalam sistem yang menuhankan efisiensi, yang bisa bergerak selalu lebih berkuasa dari yang diam.
Penutup: Pelajaran untuk Para Pemodal
Jika Anda seorang penguasa yang bijak, jangan basah oleh air mata moralitas. Dunia tidak menunggu mereka yang sentimental. Dunia tunduk pada mereka yang paham peta kuasa: yang tahu kapan untuk mundur, kapan untuk menyerang, dan kapan untuk meninggalkan.
Serikat pekerja, dalam bentuknya hari ini, adalah harimau tua yang giginya telah rontok. Anda tidak perlu membunuhnya. Biarkan dia meraung, dan teruskan bisnis Anda di tempat lain.
Karena dalam dunia ini, yang paling kuat bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling mudah berpindah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar